Sebagai salah satu indikator pasar, atau rasio nilai pasar (market value), Tobin’s Q sering digunakan oleh analis dan investor selain daripada indikator PBV. Tujuan penggunaan Tobin’s Q yaitu untuk mencari saham yang masih murah secara valuasi (undervalued) dan mengidentifikasi saham yang sudah mahal (overvalued).
Mari kita bedah lebih jauh apa itu Tobin’s Q, termasuk rumus Tobin’s Q dan cara menghitung Tobin’s Q beserta contoh soal, serta cara analisis dan interpretasi.
Pengertian: Apa Itu Tobin’s Q (Q Ratio)?
Q Ratio, juga dikenal sebagai Tobin’s Q, adalah metrik keuangan yang digunakan untuk menentukan apakah suatu perusahaan overvalued atau undervalued.
Q Ratio dinamai oleh James Tobin, ekonom pemenang Hadiah Nobel yang pertama kali memperkenalkan konsep dalam bukunya tahun 1969 “A General Equilibrium Approach to Monetary Theory.”
Rumus Tobin’s Q: Cara Menghitung Q Ratio
Cara menghitung Tobin’s Q yaitu dengan membagi nilai pasar perusahaan (market value of firm) dengan biaya penggantian aset tersebut (replacement cost of assets). Dengan kata lain, Tobin’s Q mengukur value yang ditempatkan investor pada aset perusahaan relatif terhadap nilai aktualnya. Berikut formula untuk menghitung Tobin’s Q:
Rumus Tobin’s Q = Nilai Pasar / Biaya Penggantian Aset
Keterangan:
- Nilai pasar perusahaan dihitung dengan mengalikan harga saham (stock price) dengan jumlah saham beredar (outstanding shares). Hasil perhitungan ini dikenal sebagai market capitalization (market cap).
- Biaya penggantian aset dapat diestimasi dengan melihat nilai pasar saat ini dari aset serupa atau dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan biaya asli asetnya yang disesuaikan dengan penyusutan. Atau, yang lebih mudah, juga dapat menggunakan total aset perusahaan.
Menurut Edusaham, ada alternatif rumus Tobin’s Q lainya, yaitu Q Ratio = (Market Cap + Total Utang) / Total Aset.
Contoh Soal Tobin’s Q
Diketahui bahwa PT Moneynesia memiliki kapitalisasi pasar (market cap) sebesar Rp1.500.000.000, total aset sebesar Rp500.000.000 dan total utang Rp20.000.000. Berdasarkan informasi ini, berapa nilai Tobin’s Q perusahaan? Berikut contoh cara menghitung Tobin’s Q:
Jawab:
- Q Ratio = (Nilai Kapitalisasi Pasar + Total Utang) / Total Aset
- Q Ratio = (Rp1.500.000.000 + Rp20.000.000) / Rp500.000.000
- Q Ratio = 3,04
Berdasarkan contoh soal dan perhitungan di atas, nilai Tobin’s Q diketahui sebesar 3,04 kali. Ini berarti, di satu sisi, investor menaruh prospek besar pada perusahaan dengan memberi nilai lebih tinggi, tetapi di sisi lain juga dapat menunjukkan nilai pasar yang mahal (overvalued).
Cara Interpretasi Tobin’s Q
Semakin tinggi Tobin’s Q (Q ratio), semakin menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada biaya penggantian asetnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menciptakan nilai yang baik bagi pemegang sahamnya. Namun, di sisi lain, nilai Q ratio yang terlalu tinggi membuat pasar menilai bahwa saham perusahaan terlalu mahal (overvalued) sehingga kurang menarik untuk investasi.
Sebaliknya, Tobin’s Q yang bernilai rendah, di satu sisi, menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan valuasi yang baik bagi pemegang sahamnya. Akan tetapi, di sisi lain, Q ratio yang kecil juga menarik bagi investor lain karena itu mengindikasikan harga saham perusahaan undervalued atau relatif murah sehingga menjanjikan untuk dibeli.
Berikut cara membaca nilai Q ratio atau Tobin’s Q:
- Tobin’s Q > 1 artinya valuasi perusahaan lebih tinggi daripada nilai aktualnya.
- Tobin’s Q = 1 artinya valuasi perusahaan sebanding dengan nilai aktualnya.
- Tobin’s Q < 1 artinya valuasi perusahaan lebih rendah daripada nilai aktualnya.
Cara Analisis Tobin’s Q
Q ratio atau Tobin’s Q adalah metrik yang berguna untuk mengevaluasi efisiensi investasi perusahaan dan dapat memberikan wawasan apakah perusahaan overvalued atau undervalued. Q ratio termasuk salah satu market value ratio, hanya saja mungkin tidak sepopuler price to book value (PBV) dan price to earnings ratio (PER).
Analisis Tobin’s Q semestinya tidak dilakukan secara terpisah alias tidak hanya melihat pada satu ukuran itu saja. Sebagai gantinya, penggunaan Tobin’s Q lebih ideal dengan melibatkan atau mempertimbangkan indikator keuangan lainnya. Ini termasuk, misalnya rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio leverage perusahaan.
Dengan demikian, nilai Tobin’s Q lebih atau kurang dari 1 akan bersifat relatif, yang dapat menunjukkan indikasi baik dan buruk. Sebagai contoh, jika Q ratio > 1 dan profitabilitas perusahaan rendah, itu menjadi sinyal harga saham perusahaan mahal (overvalued). Jika Q ratio < 1 tetapi profitabilitas tinggi, itu justru menjadi peluang bagus karena saham dianggap sudah murah (undervalued).
Selain itu, penting juga untuk melakukan analisis dengan metode industry comparison. Ini berarti Tobin’s Q suatu perusahaan hanya akan dibandingkan dengan kompetitor sejenis yang berada di industri yang sama. Cara analisis ini pertama-tama hitung nilai rata-rata Q ratio dari industri tertentu, kemudian bandingkan dengan Q ratio perusahaan yang menjadi objek analisis.
Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan saat Menggunakan Tobin’s Q
Ada beberapa faktor kunci yang harus dipertimbangkan investor ketika menggunakan Tobin’s Q atau Q Ratio untuk mengevaluasi potensi investasi perusahaan, yaitu:
1. Faktor model bisnis perusahaan
Perusahaan yang sangat bergantung pada aset berwujud (tangible assets), seperti pabrik mesin, dan peralatan, lebih cenderung memiliki rasio Q yang secara akurat mencerminkan nilai sebenarnya. Sebaliknya, perusahaan yang terutama mengandalkan aset tidak berwujud (intangible assets), seperti paten atau merek, mungkin memiliki Q ratio yang lebih tinggi karena aset mereka lebih sulit dinilai.
2. Faktor usia perusahaan
Faktor lain yang harus dipertimbangkan investor ketika menggunakan Tobin’s Q adalah usia perusahaan. Perusahaan yang lebih tua cenderung memiliki aset yang sepenuhnya terdepresiasi, yang berarti bahwa biaya penggantian aset akan lebih rendah daripada nilai pasar mereka. Hal ini dapat menghasilkan Q ratio yang kurang dari 1, bahkan jika perusahaan benar-benar dinilai terlalu mahal (overvalued).
Sebaliknya, perusahaan yang lebih muda mungkin memiliki aset yang masih dapat dimanfaatkan sepenuhnya, yang berarti bahwa biaya penggantian aset akan lebih tinggi daripada market value mereka. Hal ini dapat menghasilkan Tobin’s Q yang lebih besar dari 1, bahkan jika perusahaan benar-benar dinilai terlalu murah (undervalued).
3. Faktor makroekonomi
Tobin’s Q juga dapat dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti suku bunga dan inflasi. Suku bunga dan tingkat inflasi yang lebih rendah dikaitkan dengan Q ratio yang lebih tinggi. Ini karena mereka mengurangi biaya pinjaman dan memudahkan perusahaan untuk membiayai proyek atau investasi baru.
Sebaliknya, suku bunga dan tingkat inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong nilai Tobin’s Q yang lebih rendah. Ini karena mereka meningkatkan biaya pinjaman dan mempersulit perusahaan untuk membiayai proyek atau investasi baru.
Kekurangan Tobin’s Q
Terlepas dari kelebihan Tobin’s Q sebagai alat untuk menilai apakah saham perusahaan undervalued atau overvalued, Q ratio juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan investor. Berikut beberapa di antaranya:
- Kekurangan Tobin’s Q yang paling utama yaitu sulit untuk menentukan biaya penggantian aset perusahaan. Hal ini terutama berlaku untuk perusahaan yang sebagian besar aset mereka bersifat adalah aset tidak berwujud, yang sering kali sulit untuk dinilai.
- Selain itu, Tobin’s Q tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti prospek pertumbuhan masa depan perusahaan atau posisi kompetitifnya dalam industri. Akibatnya, Q ratio harus digunakan bersama dengan metrik penilaian dan alat analisis fundamental lainnya.
Simpulan
Jadi, Q ratio atau Tobin’s Q adalah metrik keuangan untuk menentukan apakah saham perusahaan mahal (overvalued) atau murah (undervalued), dan melihat bagaimana pasar memberikan nilai pada saham perusahaan.
Untuk menganalisis Q ratio, investor perlu memahami rumus Tobin’s Q dengan baik. Cara menghitung Tobin’s Q yaitu membagi market cap dengan biaya penggantian aset.
Selain itu, penting untuk melibatkan berbagai indikator keuangan lainnya untuk memastikan bahwa hasil analisis dapat diterima secara komprehensif.