Pengertian: Apa Itu ROA?
Return on assets, atau disingkat ROA, adalah rasio yang mengukur profitabilitas perusahaan dengan membagi jumlah laba bersih dengan total asetnya. Nilai ROA dinyatakan sebagai persentase dan digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bersih.
ROA termasuk rasio profitabilitas yang sering kali digunakan oleh investor untuk menilai seberapa menguntungkan suatu perusahaan. Nilai ROA yang baik minimal 5% dan menjadi sangat bagus jika lebih dari 20%.
Rumus ROA – Cara Menghitung Return on Assets Perusahaan
Formula return on assets yaitu membandingkan laba bersih dengan total aset yang hasilnya dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian, rumus ROA adalah: ROA = Laba Bersih / Total Aset.
Keterangan: Laba bersih (net profit) adalah pendapatan perusahaan setelah dikurangi semua biaya, termasuk pajak, bunga, dan biaya-biaya lainnya. Dalam laporan keuangan, istilah laba bersih biasanya disebut earnings after tax (EAT) atau profit for the period. Total aset mengacu pada semua sumber daya perusahaan, termasuk aset lancar dan aset tetap.
Berikut cara menghitung ROA dari laporan keuangan:
- Buka laporan keuangan perusahaan.
- Buka bagian Laporan Laba Rugi (Income Statement).
- Catat jumlah laba bersih dan total aset perusahaan.
- Terakhir, hitung dengan menggunakan rumus ROA berdasarkan informasi laba bersih dan total aset tersebut.
Contoh Soal ROA
Pada tahun 2022, PT Moneynesia diketahui membukukan laba bersih sebesar Rp200.000.000 dan total aset sebesar Rp500.000.000. Berdasarkan informasi tersebut, hitunglah return on assets (ROA) PT Moneynesia.
Jawab:
- ROA = (net profit / total aset) x 100%
- ROA = (Rp200.000.000 / Rp500.000.000) x 100%
- ROA = 0,4 x 100%
- ROA = 40%
Setelah melakukan perhitungan, nilai ROA yaitu 40%. Ini berarti setiap Rp1 yang diinvestasikan perusahaan dalam aset berhasil menghasilkan laba bersih 40%.
Interpretasi ROA
Semakin tinggi ROA, maka menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan lebih banyak laba dari investasi aset. Sebaliknya, ROA yang lebih rendah mengindikasikan bahwa perusahaan kesulitan memanfaatkan aset untuk memaksimalkan laba bersih. Jika ROA bernilai negatif, itu berarti perusahaan tidak mencetak laba alias membukukan rugi bersih.
Nilai ROA yang baik paling minimal yaitu 5%. Namun, karena setiap model bisnis dan industri perusahaan memiliki karakteristik tersendiri, nilai ROA yang ideal dapat disesuaikan. Sebagai contoh, perusahaan manufaktur mungkin memiliki ROA yang lebih kecil karena model bisnis mereka membutuhkan biaya investasi aset yang tinggi.
Selain itu, bank Indonesia (BI) juga mengeluarkan peraturan No.13/1/PBI/2011 tentang standar nilai return on assets (ROA) yang ideal. Dalam hal ini, ROA yang baik menurut BI adalah lebih 1,5%. Semakin besar ROA bank, semakin kuat posisi bank dalam penggunaan aset.
Analisis ROA
Ada dua metode paling sering digunakan saat menganalisis return on assets (ROA), yaitu:
- Trend analysis: ini mengevaluasi return on assets perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya 10 tahun terakhir. Jika nilai ROA mengalami tren naik, itu menunjukkan sinyal bahwa perusahaan sangat profitable.
- Industry comparison: ini membandingkan return on assets suatu perusahaan dengan rata-rata industri di mana perusahaan berada. Misalnya, perusahaan bergerak di sektor perbankan, maka bandingkan ROA perusahaan tersebut dengan rata-rata ROA sektor perbankan. Jika ROA perusahaan berada di atas rata-rata sektor bank, itu menjadi sinyal sangat menguntungkan.
Selain dua metode di atas, cara analisis ROA yang lebih baik yaitu dengan mempertimbangkan indikator profitabilitas lainnya, seperti return on equity (ROE) dan membandingkannya dengan rasio-rasio keuangan lainnya, mencakup:
Dengan demikian, investor, analis, dan stakeholders lainnya dapat memperoleh wawasan yang jelas, tepat, dan komprehensif terkait kinerja keuangan perusahaan.
Misalnya, ROA perusahaan mungkin bernilai tinggi, tetapi ternyata metrik likuiditas seperti DAR (debt to asset ratio) bernilai tinggi. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan utang yang besar untuk memaksimalkan laba, yang berarti perusahaan mengambil terlalu banyak risiko.
ROA vs. ROE
Mengapa menggunakan ROA bukan ROE? Ini karena ROA membandingkan laba perusahaan dengan semua sumber daya yang dimiliki perusahaan, dalam hal ini total aset. Sedangkan ROE yang membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Dengan kata lain, ROA mampu memberikan wawasan yang lebih komprehensif terkait profitabilitas perusahaan
Selain itu, return on assets adalah ukuran yang lebih berguna untuk mengevaluasi industri padat aset, seperti sektor manufaktur. Ini karena ROA mempertimbangkan nilai yang dihasilkan oleh semua aset perusahaan daripada ROE yang hanya mengandalkan pengembalian dari ekuitas pemegang saham.
Pihak yang Berkepentingan terhadap ROA
Secara umum, investor, kreditur, dan manajemen merupakan beberapa contoh stakeholders atau pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi ROA perusahaan.
- Investor menggunakan return on assets (ROA) sebagai salah satu metrik profitabilitas dan menilai prospek perusahaan. Pada gilirannya, investor akan mengambil keputusan: apakah akan berinvestasi di perusahaan atau tidak.
- Kreditur, seperti bank, mungkin menggunakan ROA sebagai pertimbangan sebelum memberikan fasilitas pinjaman atau kredit.
- Manajemen perusahaan dapat membutuhkan ROA sebagai bahan evaluasi terkait kinerja profitabilitas perusahaan.
Simpulan
Berikut poin-poin penting tentang ROA (return on assets):
- ROA adalah indikator profitabilitas yang secara spesifik melihat efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menggunakan semua aset untuk memperoleh laba bersih.
- Perhitungan atau rumus ROA yaitu net profit dibagi total aset.
- Semakin tinggi ROA, semakin efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola sumber daya aset mereka untuk menghasilkan profit.
- Nilai ROA yang ideal minimum 5%, sedangkan nilai ROA bank yang baik menurut BI adalah lebih 1,5%. Saat menganalisis nilai return on assets, penting untuk mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya karakteristik industri.
- Analisis ROA dapat menggunakan pendekatan trend dan industry comparison. Namun, lebih baik lagi jika stakeholders juga mempertimbangkan metrik keuangan lainnya untuk melihat gambaran besar terkait performa perusahaan.