Poin-poin penting terkait saham biasa (common stock):
- Saham biasa merupakan bentuk kepemilikan di suatu perusahaan yang tidak mendapat hak istimewa atas dividen, penentuan pengurus, dan aset setelah likuidasi. Hak istimewa ini dapat juga mengacu pada prioritas. Dengan kata lain, pemegang saham biasa menjadi prioritas terakhir setelah pemegang saham preferen.
- Saham biasa menghadirkan risiko yang lebih tinggi sehingga imbal hasil yang dihasilkan juga akan lebih besar.
- Jika perusahaan runtuh atau bangkrut, aset perusahaan akan dijual untuk melunasi utang. Setelah kewajiban perusahaan selesai terhadap kreditur, aset yang tersisa akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun, karena pemegang saham biasa tidak memiliki hak istimewa, maka pembagian aset terlebih dahulu diberikan kepada pemegang saham preferen.
Pengertian saham biasa
Saham biasa (common stock) adalah aset keuangan yang dapat mewakili kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki hak suara dan kemampuan untuk menentukan masa depan perusahaan, misalnya penunjukkan dewan direksi, keputusan menjual perusahaan, dan keputusan bisnis strategis lainnya.
Saham biasa merupakan metode paling umum yang digunakan oleh pemilik bisnis untuk menghimpun modal dari pemilik dana (investor) dalam rangka membantu mendanai investasi. Saham biasa juga menjadi alternatif utama dalam pembiayaan ekuitas (equity financing) dengan cara, misalnya, menerbitkan saham baru.
Sebagai contoh, katakanlah Joko dan Banu memiliki sebuah perusahaan, tetapi kekurangan dana untuk operasi bisnis. Joko dan Banu tidak ingin mencari uang tambahan melalui utang atau pendanaan utang (debt financing) dari bank atau kreditur lainnya, dan lebih tertarik dengan pendanaan ekuitas dengan menerbitkan saham baru.
Pada awalnya jumlah saham perusahaan adalah 100 lembar, Joko dan Banu masing-masing memiliki 60 lembar dan 40 lembar. Perusahaan kemudian membutuhkan dana segar melalui pendanaan ekuitas dengan menerbitkan 20 lembar saham baru. Kebetulan Anwar tertarik dan memborong semua saham baru tersebut. Dengan demikian, pemegang saham perusahaan terdiri dari Joko, Banu, dan Anwar.
Total jumlah saham beredar perusahaan sekrang menjadi 120 lembar, di mana Joko memiliki 60 lembar, Banu 40 lembar, dan Anwar 20 lembar. Jumlah saham Joko dan Banu sama sekali tidak berkurang setelah Anwar masuk, yang berkurang adalah persentase kepemilikan mereka. Kepemilikan saham Joko akan menjadi 50% (60/120), Banu menjadi 33,33% (40/120), dan Anwar memiliki 16,66% (20/120). Di antara mereka bertiga, yang akan menjadi pengendali perusahaan ialah Joko sebagai pemegang saham mayoritas (kepemilikan saham paling banyak).
Jadi saham biasa akan mewakili kepemilikan perusahaan. Investasi saham biasa tidak bebas dari risiko. Sebagai contoh, jika perusahaan bangkrut dan melakukan likuidasi aset, hak istimewa untuk mendapat bagian dari sisa aset akan diberikan terlebih dahulu kepada pemegang obligasi dan kreditur lainnya, kemudian pemegang saham preferen, dan jika aset masih tersisa, itu akan dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Inilah yang dimaksud dengan hak istimewa yang tidak ada dalam saham biasa.
Berikut beberapa karakteristik utama saham biasa:
- Memiliki bagian dari kepemilikan perusahaan.
- Bisa memberi pengaruh atas pengambilan keputusan
- Berhak atas pendapatan perusahaan dalam bentuk dividen.
- Tidak memiliki hak istimewa, seperti dalam kasus likuidasi
- Berpotensi mendapat imbalan paling tinggi melalui profit perusahaan.
Penawaran umum perdana (initial public offering)
Kasus Joko dan Banu yang mencari sumber pendanaan ekuitas sebelumnya merupakan konteks untuk perusahaan privat yang belum go public atau belum melakukan initial public offering (IPO).
Jika sebuah perusahaan ingin mendapat tambahan modal yang lebih besar, mereka bisa melakukan penawaran umum atau initial public offering (IPO). Go public atau IPO artinya perusahaan yang sebelumnya bersifat privat atau perusahaan tertutup akan menjadi perusahaan terbuka sehingga kepemilikan saham bebas dimiliki oleh siapa pun, termasuk masyarakat biasa. IPO masih menjadi cara paling umum dan menjanjikan bagi bisnis untuk mendapatkan uang tunai (cash) yang signifikan untuk membantu memajukan perusahaan dengan menciptakan pertumbuhan yang lebih besar di masa depan.
Untuk melakukan IPO, perusahaan pertama-tama harus menghubungi perusahaan penjamin emisi atau lebih dikenal sebagai underwiter. Sebagai informasi, underwiter merupakan salah satu bisnis pokok dari perusahaan sekuritas. Nantinya, underwriter akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga saham atau nilai yang sesuai untuk perusahaan. Underwiter juga bisa menyarankan perusahaan untuk menawarkan saham preferen sebagai gantinya.
Selama fase IPO, perusahaan biasanya menyasar investor institusional atau yang memiliki dana besar. Ini karena mereka dianggap mampu membeli saham dalam jumlah besar serta mempertahankannya dalam jangka panjang alih-alih trading jangka pendek. Dengan cara ini, investor jangka pendek (atau disebut trader) memiliki lebih sedikit kendali sehingga nantinya pergerakan harga saham perusahaan di bursa akan lebih stabil atau volatilitas rendah.
Hak-hak saham biasa
Ketika Anda beli saham biasa (common stock), Anda akan menerima sejumlah hak. Hak-hak pemegang saham biasa di setiap negara akan bervariasi. Secara umum, berikut hak-hak yang diperoleh dari saham biasa.
1. Dividen
Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang disalurkan kepada pemegang saham. Pembagian tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan atau ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jika perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen, setiap pemegang saham biasa akan mendapat hak atas keuntungan tersebut.
2. Kepemilikan
Pemegang saham biasa berhak atas aset perusahaan, misalnya ketika terjadi kebangkrutan dan likuidasi. Namun, pemegang saham biasa dapat mengklaim aset perusahaan pada giliran terakhir, setelah pembayaran dilakukan kepada pemegang obligasi, bank (kreditur), dan pemegang saham preferen.
3. Hak Preemptive
Hak mendahului atau hak penawaran (preemptive rights) merupakan hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan penawaran terlebih dahulu atas penerbitan saham biasa baru, sebelum melemparnya kepada publik. Dengan demikian, pemegang saham lama memiliki kesempatan untuk mempertahankan porsi atau persentase kepemilikannya di perusahaan.
4. Hak atas tanggung jawab terbatas
Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas hanya pada jumlah kepemilikan saham di perusahaan sehingga kekayaan pribadi tidak akan dilibatkan. Ini berguna ketika, misalnya, perusahaan melanggar hukum yang berakibat pada ganti rugi finansial yang besar. Jika perusahaan dinyatakan bangkrut dan dilikuidasi, dan aset-aset yang tersisa tidak mampu melunasi utang, harta pemegang saham biasa tidak bisa digugat.
5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan
Pemegang saham biasa dapat mengeluarkan saham mereka kapan pun dan tanpa diskriminasi. Dengan kata lain, mereka bebas menjual kepemilikan kepada investor lainnya, seperti yang terjadi di bursa efek.
6. Hak untuk menuntut manajemen atas praktik yang salah
Jika manajemen perusahaan sengaja mengelola bisnis dengan keliru atau bahkan ada indikasi melakukan fraud, pemegang saham biasa berhak untuk menuntut dan membawa mereka ke jalur hukum. Sebagai contoh, direktur keuangan memanipulasi pendapatan perusahaan, direksi utama melakukan praktek korupsi yang merugikan bisnis, dan sebagainya.
7. Hak suara (voting)
Pemegang saham biasa memiliki hak suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan masa depan perusahaan ke depan, seperti merger & akuisisi, penunjukkan anggota dewan direksi, dan penjualan perusahaan. Namun, kekuatan suara ini tergantung pada seberapa besar kepemilikan saham di perusahaan.
Contoh saham biasa
Berikut beberapa contoh saham biasa dari berbagai perusahaan go public atau yang sudah melakukan IPO:
Microsoft
Raksasa teknologi dunia yang kita kenal saat ini, Microsoft melakukan go public atau IPO untuk pertama kali pada tanggal 13 Maret 1986. Ada sekitar 2,5 juta saham perusahaan yang terjual pada hari pertama dan berhasil mengumpulkan $61 juta. Ini sekaligus menjadi IPO yang sangat sukses yang mana sejumlah analis menyebut sebagai “the deal of the year.” Harga penawaran Microsoft saat go public adalah $21 dan berhasil meroket menjadi $35,50 sebelum akhir hari. Bill Gates, salah satu founder perusahaan, menjual $1,6 juta kepemilikan sahamnya dan mempertahankan sekitar 45 persen kepemilikan yang bernilai $350 juta. Pada tanggal 21 April 2022, jumlah saham Microsoft (Nasdaq: MSFT) yang beredar di pasar kini berjumlah hampir 7,5 miliar saham.
Tesla
Tesla melakukan go public atau IPO pertama kali pada tanggal 29 Juni 2010. Saat peluncuran, perusahaan memperkenalkan 13,3 juta saham biasa dengan harga penawaran $17 per saham. Perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk, orang terkaya nomor satu di dunia saat ini, berhasil meraup $226 juta dari IPO. Saat ini, ada sekitar 43% saham Tesla (Nasdaq: TSLA) yang dimiliki oleh publik dan jumlah saham biasa perusahaan telah meningkat dari 13,3 juta saat IPO menjadi 440 juta.
Apple
Pada tanggal 12 Desember 1980, Apple melakukan go public atau IPO dengan menawarkan 4,6 juta saham biasa pada harga $22 per saham. Pada hari pembukaan, harga saham Apple (Nasdaq: AAPL) naik 32 persen dan saham ditutup pada level $29. Seiring dengan kesuksesan dan pertumbuhan pesat perusahaan, Apple semakin banyak merilis saham biasa ke pasar. Hingga bulan Juli 2022, jumlah saham beredar perusahaan mencapai 16,17 miliar saham.