Poin-poin penting terkait saham biasa (common stock):
- Saham biasa merupakan bentuk kepemilikan di suatu perusahaan yang tidak mendapat hak istimewa atas dividen, penentuan pengurus, dan aset setelah likuidasi. Hak istimewa ini dapat juga mengacu pada prioritas. Dengan kata lain, pemegang saham biasa menjadi prioritas terakhir setelah pemegang saham preferen.
- Saham biasa menghadirkan risiko yang lebih tinggi sehingga imbal hasil (return) yang dihasilkan juga akan lebih besar.
- Jika perusahaan runtuh atau bangkrut, aset perusahaan akan dijual untuk melunasi utang. Setelah kewajiban perusahaan selesai terhadap kreditur, aset yang tersisa akan dibagikan kepada pemegang saham. Namun, karena pemegang saham biasa tidak memiliki hak istimewa, maka pembagian aset terlebih dahulu diberikan kepada pemegang saham preferen.
Pengertian Saham Biasa
Saham biasa atau common stock adalah jenis saham yang paling umum digunakan oleh perusahaan untuk menghimpun modal dari investor. Saham ini mewakili kepemilikan sebagian dari perusahaan yang menerbitkannya, memberikan hak suara kepada pemegangnya, dan mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam keputusan penting perusahaan.
Dalam pengertian saham biasa menurut Wikipedia, saham ini adalah instrumen ekuitas yang menawarkan kepemilikan langsung terhadap aset perusahaan, tetapi tidak memberi prioritas dalam hal pembagian aset saat likuidasi. Meskipun memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding saham preferen, saham biasa memberikan peluang keuntungan yang besar jika perusahaan berhasil mencatatkan profit yang berkelanjutan.
Karakteristik Utama Saham Biasa
- Kepemilikan Perusahaan: Saham biasa menunjukkan persentase kepemilikan pemegangnya atas aset perusahaan.
- Hak Suara: Pemegang saham biasa memiliki hak suara pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
- Dividen: Dividen untuk saham biasa biasanya dibayarkan dari sisa laba setelah kewajiban kepada pemegang saham preferen terpenuhi.
- Hak Preemptive: Pemegang saham biasa umumnya memiliki hak untuk membeli saham baru yang diterbitkan sebelum publik, untuk mempertahankan persentase kepemilikannya.
Perbedaan Saham Biasa dan Saham Preferen
Memahami perbedaan saham biasa dan saham preferen sangat penting bagi investor. Berbeda dengan saham biasa, saham preferen memiliki hak istimewa, termasuk prioritas dalam pembagian dividen dan aset saat perusahaan dilikuidasi. Namun, saham preferen sering kali tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan perusahaan, sehingga pemegang saham biasa tetap memiliki kekuasaan utama dalam menentukan arah perusahaan melalui hak suara mereka.
Contoh Saham Biasa
Di pasar saham internasional maupun domestik, terdapat beberapa contoh saham biasa dari perusahaan terkemuka yang dapat menjadi inspirasi bagi investor:
Contoh Saham Biasa di Amerika Serikat (AS)
- Microsoft (MSFT): Melakukan IPO pada 13 Maret 1986, Microsoft menjual sekitar 2,5 juta saham dengan harga awal $21 per saham. Saat ini, jumlah saham beredarnya mencapai hampir 7,5 miliar saham.
- Tesla (TSLA): Pada IPO 29 Juni 2010, Tesla menawarkan 13,3 juta saham biasa dengan harga $17 per saham, mengumpulkan sekitar $226 juta.
- Apple (AAPL): IPO pada 12 Desember 1980 dengan harga $22 per saham, Apple sekarang memiliki lebih dari 16 miliar saham biasa yang beredar di pasar.
Baca juga: Cara Beli Saham Amerika
Contoh Saham Biasa di Indonesia
- Bank Central Asia (BBCA): Salah satu saham blue-chip di Indonesia yang sering diperdagangkan oleh investor institusional maupun ritel.
- Telekomunikasi Indonesia (TLKM): Saham biasa ini sering dianggap sebagai salah satu saham yang cukup stabil di Indonesia dan diminati oleh investor karena dividen yang relatif konsisten.
- Unilever Indonesia (UNVR): Sebagai perusahaan konsumer besar, saham UNVR sering kali menjadi pilihan utama di portofolio saham biasa di Indonesia.
Jenis-jenis Saham Biasa Berdasarkan Kategori
Berdasarkan Hak Suara
- Saham dengan Hak Suara Penuh: Saham ini memberikan hak suara kepada pemegangnya dalam RUPS. Biasanya, setiap lembar saham setara dengan satu hak suara.
- Saham Tanpa Hak Suara: Beberapa perusahaan menerbitkan saham biasa tanpa hak suara, terutama untuk mempertahankan kontrol manajemen di tangan pendiri atau pemegang saham mayoritas.
Berdasarkan Sektor
- Saham Sektor Teknologi: Saham perusahaan seperti Microsoft, Tesla, dan Apple yang berada dalam sektor teknologi sering kali memberikan keuntungan tinggi, meski volatilitasnya juga lebih tinggi.
- Saham Sektor Konsumen: Di Indonesia, saham seperti Unilever (UNVR) dan Sido Muncul (SIDO) masuk dalam sektor ini, dengan karakteristik yang relatif stabil.
Menghimpun Modal dengan Saham Biasa: Studi Kasus dan Ilustrasi
Mari kita gunakan ilustrasi sederhana untuk memahami bagaimana perusahaan dapat menghimpun modal dengan menerbitkan saham biasa. Misalnya, Joko dan Banu, dua pemilik bisnis yang membutuhkan dana segar untuk operasional, memutuskan untuk menerbitkan saham baru daripada mengambil utang. Dengan menerbitkan 20 lembar saham tambahan yang dibeli oleh investor baru, Anwar, kepemilikan Joko dan Banu tetap sama dalam jumlah, tetapi porsi kepemilikan mereka berubah karena saham yang beredar bertambah.
Proses ini menggambarkan bagaimana saham biasa menjadi instrumen penting dalam pendanaan ekuitas perusahaan. Kasus ini juga memberikan wawasan tentang fleksibilitas saham biasa dibandingkan dengan utang.
Hak dan Keuntungan Pemegang Saham Biasa
Ketika seseorang membeli saham biasa, mereka tidak hanya mendapatkan potensi keuntungan dari kenaikan harga saham, tetapi juga beberapa hak yang melindungi posisi mereka sebagai pemilik perusahaan.
- Hak atas Dividen: Pemegang saham biasa berhak menerima dividen yang dibagikan dari laba perusahaan, meskipun pembagiannya dapat bervariasi tergantung kebijakan perusahaan.
- Hak Suara dalam Pengambilan Keputusan: Pada RUPS, pemegang saham biasa memiliki hak suara yang menentukan keputusan strategis, mulai dari penunjukan dewan direksi hingga merger.
- Hak untuk Menuntut: Dalam kasus fraud atau pengelolaan yang tidak etis, pemegang saham biasa memiliki hak hukum untuk mengajukan gugatan terhadap manajemen.
Penawaran Umum Perdana (IPO) dan Peran Saham Biasa dalam Pasar Saham
IPO atau penawaran umum perdana merupakan cara perusahaan swasta membuka kepemilikan sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya. Ketika sebuah perusahaan melakukan IPO, saham biasa diterbitkan di pasar saham dan dapat dibeli oleh siapa pun, termasuk masyarakat umum. Sebagai contoh, IPO yang dilakukan oleh Tesla dan Apple membuka peluang besar bagi investor ritel dan institusional untuk ikut memiliki perusahaan.
Proses IPO ini juga menunjukkan pentingnya peran underwriter atau penjamin emisi yang menentukan harga awal saham. Underwriter membantu perusahaan menyesuaikan harga berdasarkan permintaan pasar, sekaligus menawarkan dukungan dalam proses penjualan.
Risiko dan Imbalan Investasi Saham Biasa
Investasi dalam saham biasa menawarkan potensi imbalan tinggi tetapi juga disertai risiko tertentu, terutama dalam hal likuidasi aset. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, pemegang saham biasa hanya menerima sisa aset setelah kewajiban perusahaan kepada pemegang obligasi dan pemegang saham preferen dipenuhi. Inilah mengapa pemegang saham biasa sebaiknya memperhatikan fundamental perusahaan secara saksama sebelum berinvestasi.
Kesimpulan
Saham biasa atau common stock merupakan instrumen investasi yang memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya atas suatu perusahaan, termasuk hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta hak untuk menerima dividen ketika perusahaan mencatatkan keuntungan. Meskipun pemegang saham biasa memiliki hak kepemilikan, mereka berada di posisi terakhir dalam pembagian aset jika perusahaan dilikuidasi, setelah pemegang obligasi dan saham preferen.
Saham biasa menjadi pilihan utama banyak perusahaan untuk menghimpun modal, baik melalui penerbitan saham baru di pasar terbuka maupun melalui penawaran umum perdana (IPO). Saham ini memberikan investor potensi keuntungan yang tinggi, namun dengan risiko yang juga signifikan, terutama dalam hal fluktuasi harga dan potensi kerugian jika perusahaan mengalami kesulitan finansial.