Pengertian Non-Performing Loan: Apa Itu NPL Bank?
Rasio NPL, atau non-performing loan ratio, adalah indikator keuangan yang mengukur proporsi kredit bermasalah dalam portofolio kredit bank dan lembaga keuangan lainnya. NPL juga dapat diartikan sebagai pinjaman gagal bayar (kredit macet) atau mendekati gagal bayar―yang berarti bahwa peminjam (debitur) tidak melakukan pembayaran sesuai kesepakatan atau bahkan tidak mampu melunasi utang.
Mengapa NPL Penting?
Non-Performing Loan penting bagi bank dan lembaga keuangan karena mencerminkan kualitas portofolio kredit serta kesehatan keuangan mereka. Rasio NPL yang tinggi menunjukkan bahwa banyak pinjaman yang tidak berjalan sesuai rencana, yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank dan meningkatkan risiko likuiditas serta menurunkan profitabilitas.
NPL juga mempengaruhi stabilitas sektor perbankan dan ekonomi secara keseluruhan, karena peningkatan NPL dapat memicu pengetatan kredit dan membatasi pertumbuhan ekonomi. Regulator keuangan dan investor menggunakan rasio NPL untuk menilai risiko kredit yang dihadapi oleh bank. Rasio NPL yang terjaga rendah umumnya menandakan manajemen risiko yang baik, sedangkan rasio tinggi mengindikasikan perlunya perbaikan dalam pengelolaan kredit dan mitigasi risiko.
Rumus Non-Performing Loan: Cara Menghitung NPL
Secara umum, perhitungan NPL dilakukan dengan membagi jumlah total kredit bermasalah dengan jumlah total kredit dalam portofolio. Lebih spesifik, perhitungan NPL terbagi menjadi dua bagian, yaitu NPL netto dan NPL gross. Berikut formulanya:
- Rumus NPL gross = [(kredit kurang lancar + kredit diragukan + kredit macet) ÷ total kredit] x 100%
- Rumus NPL netto = (kredit macet ÷ total kredit) x 100%
Keterangan:
- Kredit kurang lancar yaitu angsuran pokok dan/atau bunga menunggak selama 91 – 120 hari.
- Kredit diragukan yaitu angsuran pokok dan/atau bunga menunggak selama 121 – 180 hari.
- Kredit macet yaitu angsuran pokok dan/atau bunga menunggak lebih 180 hari.
Mengacu pada kolektibilitas kredit sesuai Peraturan OJK No. 40/POJK/.03/2019, kredit kurang lancar disebut sebagai kolektibilitas 3 (kol-3), kredit diragukan disebut kolektibilitas 4 (kol-4), dan kredit macet yaitu kolektibilitas 5 (kol-5).
Sementara itu, kredit lancar disebut kolektibilitas 1 (kol-1), yaitu pembayaran angsuran tepat waktu oleh kreditur sehingga tidak ada tunggakan. Kemudian, kredit dalam perhatian khusus disebut kolektibilitas 2 (kol-2), yaitu angsuran pokok dan/atau bunga menunggak selama 1 – 90 hari.
Contoh Soal NPL
Misalnya, Bank Moneynesia telah menyalurkan kredit kepada nasabah dengan total Rp5.000.000.000. Dari total kredit tersebut, sebesar Rp100.000.000 kredit kurang lancar, Rp50.000.000 kredit diragukan, dan Rp20.000.000 kredit macet. Berdasarkan data tersebut, hitunglah NPL netto dan NPL gross.
Jawab (NPL gross):
- NPL gross = [(Rp100.000.000 + Rp50.000.000 + Rp20.000.000) ÷000.000.000] x 100%
- NPL gross = [Rp170.000.000 ÷ Rp5.000.000.000] x 100%
- NPL gross = 0,034 x 100% = 3,4%
Jawab (NPL netto):
- NPL netto = (20.000.000 ÷ Rp5.000.000.000) x 100%
- NPL netto = 0,004 x 100% = 0,4%
Jadi, Bank Moneynesia memiliki non-performing loan 3,4% dan 0,4% untuk NPL gross dan NPL netto. Lalu, berapa nilai rasio NPL yang sehat (baik) menurut Bank Indonesia dan OJK?
Rasio NPL yang Sehat
Menurut Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan BI No. 17/11/PBI/2015, NPL yang sangat sehat yaitu bernilai kurang dari 2% (NPL < 2%) dan NPL yang sehat yaitu 2 – 5%.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia menegaskan bahwa NPL bank tidak boleh lebih dari 5% (NPL > 5%). Jika tidak, BI akan melakukan pengawasan intensif karena itu ada potensi risiko yang akan mengguncang kelangsungan operasi bank.
Interpretasi Non-Performing Loan (NPL)
NPL merupakan metrik keuangan untuk melihat kinerja pembiayaan kredit dan seberapa besar risiko kredit yang sedang dihadapi bank. Semakin tinggi NPL bank, semakin besar risiko kredit. Semakin rendah NPL bank, semakin kecil risiko kredit.
Rasio NPL adalah ukuran penting dari kualitas aset dan risiko kredit bank. Rasio NPL yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar pinjaman dalam portofolio tidak dilunasi sesuai kesepakatan, yang dapat menandakan kesulitan keuangan bagi bank dan potensi kerugian. Rasio NPL yang rendah mengindikasikan bahwa tingkat risiko kredit bank lebih rendah dan portofolio kredit yang lebih sehat.
Analisis Non-Performing Loan (NPL)
Analisis NPL bank dapat dilakukan dengan metode perbandingan industri, di mana NPL suatu bank dibandingkan dengan NPL rata-rata industri perbankan. NPL yang bernilai lebih rendah daripada NPL industri menunjukkan bahwa manajemen risiko bank sangat optimal. Sebaliknya, NPL yang lebih tinggi daripada rata-rata NPL industri menunjukkan pengelolaan risiko yang bermasalah.
Faktor-faktor yang Memengaruhi NPL Bank
Non-performing loan (NPL) adalah pinjaman yang bermasalah atau populer disebut kredit macet. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat NPL dalam portofolio bank:
1. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi dapat berdampak signifikan terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjaman mereka. Perekonomian yang lemah dengan tingkat pengangguran yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan gagal bayar. Pada gilirannya, ini mendorong tingkat NPL yang lebih tinggi dalam portofolio bank.
2. Kualitas manajemen risiko kredit
Manajemen risiko kredit yang efektif sangat penting bagi bank untuk memitigasi risiko kredit macet. Bank yang memiliki standar penjaminan emisi yang kuat, pengawasan yang efektif atas kelayakan kredit, dan identifikasi potensi masalah secara tepat waktu cenderung mampu menjaga level NPL yang sehat.
3. Komposisi portofolio pinjaman
Komposisi portofolio pinjaman bank dapat memengaruhi tingkat NPL. Misalnya, bank yang memiliki konsentrasi pinjaman yang tinggi dalam satu industri mungkin lebih rentan terhadap kemerosotan ekonomi atau faktor eksternal lainnya yang berdampak pada industri tersebut.
4. Suku bunga
Perubahan suku bunga dapat memengaruhi kemampuan peminjam untuk melunasi kredit. Misalnya, kenaikan suku bunga yang tajam dapat mempersulit debitur untuk memenuhi kewajiban pinjamannya, yang mengarah ke tingkat NPL bank yang lebih tinggi.
5. Ketentuan peraturan
Regulasi dan peraturan tertentu dapat berdampak pada tingkat NPL dalam portofolio bank. Misalnya, Peraturan yang menerapkan standar underwriting yang lebih ketat atau mensyaratkan cadangan kerugian pinjaman yang lebih konservatif dapat mengurangi risiko NPL.
6. Kualitas pelayanan pinjaman
Pelayanan kredit yang efektif penting untuk memastikan bahwa debitur dapat membayar kembali pinjaman mereka dan untuk meminimalkan risiko kredit macet. Bank yang memiliki praktik pemberian pinjaman yang kuat, termasuk komunikasi yang tepat waktu dan efektif dengan debitur, kemungkinan kecil akan mengalami tingkat NPL yang tinggi.
Dampak NPL Bank yang Tinggi
Berikut ini adalah beberapa dampak NPL bank yang tinggi:
1. Penurunan profitabilitas
Tingkat NPL yang tinggi dapat menyebabkan penurunan profitabilitas bank karena memengaruhi pendapatan bunga dari portofolio kredit. Ketika pinjaman tidak dibayar kembali oleh debitur atau adanya kredit macet, pendapatan bunga bank akan menurun, menyebabkan penurunan profitabilitas.
2. Masalah likuiditas
Non-performing loan bank yang tinggi dapat menimbulkan masalah likuiditas. Bank perlu menjaga tingkat likuiditas tertentu untuk memenuhi permintaan deposan yang mungkin ingin menarik dananya.
3. Masalah kecukupan modal
NPL juga dapat berdampak pada rasio kecukupan modal bank, yang merupakan indikator penting kesehatan keuangan bank. Jika bank memiliki tingkat NPL yang tinggi, bank mungkin perlu menyisihkan lebih banyak modal untuk menutup potensi kerugian, yang dapat berdampak pada rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio).
4. Masalah risiko kredit
NPL dapat berdampak pada profil risiko kredit bank. Bank dengan NPL yang tinggi dapat dipandang memiliki risiko kredit yang lebih tinggi, yang dapat mempersulit mereka untuk mendapatkan pendanaan di pasar modal.
5. Intervensi regulasi
Dalam kasus ekstrim, tingkat NPL yang tinggi dapat menyebabkan intervensi regulasi. Regulator mungkin meminta bank untuk meningkatkan cadangan kerugian pinjaman mereka atau mengambil tindakan korektif lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. Ini bisa mahal bagi bank dan dapat memengaruhi reputasi mereka.
Simpulan
Berikut poin-poin utama dari non-performing loan (NPL) bank:
- NPL adalah rasio keuangan yang mengukur tingkat kredit bermasalah bank.
- Semakin tinggi NPL, semakin meningkat risiko kerugian finansial bank atau bank akan kehilangan pendapatan bunga. Semakin rendah NPL, semakin baik bank mengelola risiko kredit macet.
- NPL yang sangat sehat berada di bawah 2%, yang mana ini sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI).
- Cara menghitung NPL yaitu membandingkan jumlah kredit bermasalah dengan total penyaluran kredit. Rumus NPL ini dapat lagi dipecah menjadi dua bagian, yaitu NPL gross dan NPL netto. Anda dapat menggunakan sesuai kebutuhan.
- Analisis NPL salah satunya dapat menggunakan perbandingan industri, untuk mengukur seperti apa manajemen risiko bank dibandingkan rata-rata industri perbankan.
- Ada berbagai faktor yang memengaruhi NPL bank, termasuk kondisi ekonomi, perubahan suku bunga, kualitas manajemen risiko, ketentuan regulasi, komposisi portofolio, dan kualitas layanan kredit.