Masa depan uang tunai dan mata uang fisik (kertas dan logam) adalah topik yang banyak diperdebatkan. Ini mengingat penggunaan metode pembayaran digital semakin tinggi dan populer.
Karena sistem pembayaran digital terus mendapatkan popularitas, banyak ahli memperkirakan penurunan penggunaan uang tunai (cash) dan mata uang fisik pada akhirnya.
Sementara cash berupa uang kertas dan logam masih menjadi alat pembayaran yang populer di banyak negara, kenyamanan dan keamanan digital currency telah menyebabkan pergeseran.
Penggunaan uang tunai menurun
Di banyak negara, penggunaan uang tunai (cash) menurun karena orang beralih ke metode pembayaran virtual seperti kartu kredit, pembayaran seluler, online banking, dan mata uang kripto (cryptocurrency).
Di Swedia, misalnya, pembayaran tunai hanya mencapai 15% dari semua transaksi, dan beberapa bisnis telah berhenti menerima uang tunai sama sekali.
Di China, metode pembayaran seluler seperti Alipay dan WeChat Pay telah menjadi sangat populer sehingga umum bagi orang untuk keluar tanpa uang tunai sama sekali.
Di Indonesia, bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI) telah mempersiapkan rupiah digital. Ini akan menjadi mata uang resmi dari bank sentral atau dikenal sebagai Central Bank Digital Currency (CDBC).
Sementara itu, popularitas mata uang terdesentralisasi seperti cryptocurrency telah meningkat di seluruh dunia meskipun banyak otoritas keuangan yang melarang. Karena ratusan juta masyarakat di dunia telah terdampak dengan mata uang kripto, gelombang ini tampak sulit dihentikan oleh pemerintah.
Sebagai gantinya, pemerintah melalui bank sentral membuat tandingan dengan menciptakan mata uang digital bank sentral (CBDC). Ini telah dipersiapkan mulai dari Eropa, China, India hingga Indonesia.
Pembayaran digital lebih nyaman
Metode pembayaran virtual sering kali lebih nyaman daripada menggunakan uang tunai, karena memungkinkan transaksi cepat dan mudah yang dapat dilakukan dari mana saja.
Pembayaran digital seperti credit card dan perbankan online menawarkan banyak keuntungan dibandingkan uang tunai (cash). Mereka menawarkan akses yang lebih cepat dan lebih nyaman.
Sebagai contoh, seseorang dapat membayar kopi menggunakan mobile app tanpa harus menggali kantong untuk mendapatkan uang tunai atau koin.
Uang tunai lebih mahal
Biaya uang cash mahal untuk diproduksi, diangkut, dan disimpan. Misalnya, Federal Reserve AS menghabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk mencetak mata uang baru dan mengganti tagihan yang sudah usang. Retailer juga menghadapi biaya yang terkait dengan penanganan dan pemrosesan transaksi tunai, seperti biaya mesin kasir dan brankas.
Mata uang fisik mungkin menjadi usang
Sementara mata uang fisik tidak mungkin hilang sepenuhnya dalam waktu dekat, beberapa ahli memperkirakan bahwa itu pada akhirnya bisa menjadi usang. Di Swedia, misalnya, beberapa bank tidak lagi mendistribusikan cash, dan beberapa bisnis telah berhenti menerimanya. Negara seperti India dan China bahkan telah menerapkan kebijakan untuk mendorong pergeseran ke arah pembayaran digital.
Masalah keamanan
Metode pembayaran online dapat rentan terhadap penipuan dan serangan dunia maya. Sebagai contoh, jika informasi credit card seseorang dicuri, informasi tersebut dapat digunakan untuk melakukan pembelian yang tidak sah.
Di sisi lain, mata uang kertas dapat hilang, dicuri, atau dipalsukan. Untuk alasan ini, penting untuk memiliki langkah-langkah keamanan yang kuat baik untuk pembayaran digital dan uang fisik.
Inklusi keuangan
Ada kekhawatiran bahwa beralih dari mata uang fisik (kertas dan logam) dapat mengecualikan orang yang tidak memiliki akses ke pembayaran online. Orang yang tinggal di daerah pedesaan, misalnya, mungkin tidak memiliki akses ke internet atau smartphone. Ini kemudian dapat membatasi kemampuan mereka untuk melakukan online payment.
Mata uang digital bank sentral (CBDC)
Banyak bank sentral sedang menjajaki kemungkinan menerbitkan mata uang digital mereka sendiri, dikenal sebagai central bank digital currency (CBDC). Mata uang ini didukung oleh pemerintah, menyediakan metode pembayaran yang aman dan efisien.
Pandangan Akhir
Kesimpulannya, sementara penggunaan uang tunai (cash) dalam bentuk kertas dan logam mungkin menurun, itu tidak mungkin lenyap sepenuhnya dalam waktu dekat. Namun, karena sistem pembayaran digital terus berkembang, penting untuk mempertimbangkan implikasi potensial bagi inklusi keuangan, keamanan, dan biaya penanganan mata uang fisik.
Terlebih lagi saat ini cryptocurrency muncul sebagai pesaing uang fiat dengan konsep terdesentralisasi yang berbasis teknologi blockchain. Ini dianggap jauh lebih efisien dan efektif karena menghapus peran perantara atau otoritas sehingga transaksi dieksekusi secara peer-to-peer (P2P). Pada gilirannya, ini akan memberikan lebih banyak opsi kepada masyarakat.