Setelah menjaga suku bunga tetap rendah selama tahun-tahun awal pandemi COVID-19, sejumlah bank sentral, seperti bank Indonesia (BI) dan The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan. Tujuan kenaikan suku bunga adalah untuk menekan angka inflasi dengan cara mengambil kebijakan moneter kontraktif untuk memperketat (mengurangi) jumlah uang beredar. Namun, kenaikan suku bunga ini berdampak pada berbagai produk atau instrumen keuangan seperti pada produk pasar uang.
Efek kenaikan suku bunga acuan bank sentral
Berikut dampak atau efek yang akan dirasakan oleh penabung, peminjam, dan investor atas kenaikan suku bunga acuan bank sentral.
1. Return yang lebih tinggi bagi penabung
Jika kita berbicara secara umum, kenaikan suku bunga menjadi kabar positif bagi penabung karena suku bunga tabungan biasanya akan menyesuaikan dengan ikut terapresiasi. Namun, kenaikan ini tidak akan melonjak signifikan dan angkanya akan tetap lebih rendah daripada deposito. Di Indonesia, bunga tabungan bank umumnya di bawah 1%, tetapi kabar terbaru bulan September 2022 menyebutkan bahwa menabung di bank-bank komersial Indonesia sekarang bunganya hanya 0%. Ini terus terang menjadi kabar buruk bagi penabung di Indonesia karena uang mereka otomatis akan tergerus, baik oleh biaya administrasi maupun oleh inflasi. Namun, jika dilihat dari perspektif syariah, suku bunga 0% akan menjadi kabar baik bagi penabung dengan preferensi ini.
2. Return yang lebih tinggi bagi investor deposito
Secara teoretis, ketika suku bunga acuan bank sentral naik, ini menjadi angin segar bagi nasabah karena bank-bank komersial akan merespons dengan ikut menaikkan suku bunga deposito. Oleh karena itu, ini akan menarik investor untuk berinvestasi di produk-produk pasar uang seperti deposito. Sebagai contoh, informasi terbaru menyebutkan bahwa bank BTN bersiap-siap untuk menyesuaikan suku bunga deposito mulai bulan September 2022 sebagai respons dari kenaikan BI rate menjadi 3,75%. Berdasarkan situs web resmi perusahaan, investor ritel dapat menempatkan dana melalui deposito BTN dengan minimum Rp 1 juta dengan penawaran suku bunga deposito di kisaran 2,35% – 2,75%.
3. Biaya kredit lebih mahal
Suku bunga pada kartu kredit (credit card) dan pembiayaan hipotek atau kredit rumah biasanya tidak tetap (variabel) sehingga rentan terhadap perubahan suku bunga acuan dari bank sentral. Bagi pengguna kartu kredit, cara paling bijaksana untuk mengatasi kenaikan suku bunga kredit adalah dengan mengurangi utang kredit Anda secara agresif, berapa pun tarifnya. Selain itu, apa yang bisa Anda lakukan saat suku bunga naik saat ini adalah dengan melunasi utang tepat waktu untuk menghindari denda dan membantu menjaga skor kredit Anda. Ke depannya, Anda dapat mengatur ulang anggaran Anda dan melakukan pengeloaan keuangan yang lebih baik.
Baca juga: Cara mengelola uang yang menguntungkan saat inflasi
Strategi mengatur keuangan saat suku bunga naik
Perlu Anda ketahui, kenaikan suku bunga bank sentral di satu sisi mengindikasikan bahwa ada upaya untuk mengontrol angka inflasi, tetapi di sisi lain menunjukkan kemunduran ekonomi karena akan ada lebih sedikit uang beredar dalam perekonomian. Ini akan membuat biaya kredit untuk ekspansi bisnis lebih mahal sehingga kemungkinan buruk bisa menimbulkan penyumbatan pertumbuhan perusahaan. Pada gilirannya, prospek bisnis menjadi kurang menguntungkan sehingga dapat mengakibatkan lebih banyak pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran menjadi keniscayaan.
Karena situasi perekonomian secara menyeluruh sedang lesu, ini bukan waktu yang tepat untuk menghambur-hamburkan uang khususnya untuk hal-hal konsumtif yang tidak diperlukan. Oleh karena itu, strategi mengatur keuangan dalam yang tepat adalah menghemat uang dengan memperketat pengeluaran yang tidak penting atau memangkas biaya-biaya yang tidak mendesak. Selain itu, Anda juga bisa lebih banyak menyimpan uang dalam bentuk emas untuk melindungi nilai (value) aset Anda. Emas dikenal sebagai instrumen investasi yang safe haven dan sering dipilih ketika kondisi stabilitas ekonomi memburuk.
Selain emas, strategi nonkonvensional untuk mengelola keuangan yang aman dan menguntungkan adalah dengan berinvestasi di instrumen yang menjadi antitesis dari inflasi, seperti cryptocurrency. Namun, tidak semua aset kripto layak dipilih. Anda hanya disarankankan untuk beli mata uang kripto yang bagus secara fundamental dan dianggap terbukti mampu melawan inflasi, seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH). Kedua koin crypto ini adalah market leader yang masing-masingnya menempati posisi ke-1 dan ke-2 di bursa.