Poin-poin penting terkait nilai tukar (exchange rate):
- Menurut KBBI, nilai tukar adalah jumlah uang yang diterima secara nyata dalam pertukaran suatu barang. Nilai tukar atau exchange rate atau kurs mata uang juga dapat didefinisikan sebagai nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan (dikonversi) ke mata uang negara lain.
- Penyebab fluktuasi kurs mata uang atau nilai tukar bisa berasal dari berbagai faktor, seperti suku bunga, kinerja ekonomi, defisit perdagangan, dan stimulus moneter.
- Ada tiga jenis sistem nilai tukar, yaitu kurs tetap (fixed rate), kurs mengambang bebas (free floating rate), dan kurs mengambang terkendali (managed floating rate).
Pengertian nilai tukar (exchange rate)
Istilah nilai tukar atau exchange rate atau kurs mata uang dapat mengacu pada nilai di mana satu mata uang yang dikonversi ke mata uang lain. Dengan kata lain, exchange rate adalah value di mana satu mata uang dapat membeli mata uang lain. Sebagai contoh, jika nilai tukar dolar AS (USD) ke rupiah (IDR) atau kurs USD/IDR 14.900, itu berarti 1 USD dapat membeli IDR 14.900 atau 1 USD bernilai setara dengan IDR 14.900. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan mata uang yang dibeli yang kemudian dibagi dengan mata uang yang dijual.
Mengapa nilai tukar (exchange rate) penting?
Kurs mata uang atau nilai tukar (exchange rate) penting karena dapat mengidentifikasi nilai antara barang dan jasa antara dua negara atau lebih. Ini membuka jalan bagi atau memberi akses ke perdagangan internasional dengan mengirim sinyal ke pasar penilaian setiap barang. Sebagai contoh, tanpa nilai tukar, negara Indonesia tidak akan pernah tahu berapa nilai $1 atau 1 Yuan. Bangsa Indonesia juga tidak akan dapat menghitung berapa banyak jumlah barang atau jasa yang dapat dibeli.
Pada dasarnya, nilai tukar adalah alat ekonomi yang bermanfaat. Negara-negara dengan nilai tukar yang kuat sering mendapat manfaat dari aktivitas impor dengan biaya yang lebih murah, tetapi mungkin akan kesulitan melakukan ekspor atau menjual ke luar negeri. Alasannya sederhana, konsumen internasional butuh jumlah mata uang yang lebih besar untuk membeli barang-barang tersebut. Sebagai contoh, jika rupiah (IDR) menguat, itu mungkin berarti bahwa konsumen dari China harus membayar harga yang lebih tinggi untuk barang-barang dari Indonesia.
Penyebab fluktuasi nilai tukar
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan nilai tukar berfluktuasi, seperti kinerja perekonomian, defisit perdagangan, manipulasi mata uang atau stimulus moneter, dan suku bunga. Faktor-faktor ini dapat memainkan peran penting, beberapa di antaranya mungkin lebih dominan daripada yang lain, tetapi volatilitas kurs mata uang biasanya disebabkan oleh sejumlah faktor yang lebih kompleks. Secara umum, berikut penyebab utama dari fluktuasi nilai tukar atau kurs mata uang yang naik turun:
- Stimulus Moneter
- Kinerja Ekonomi
- Defisit Perdagangan
- Suku Bunga
1. Stimulus moneter
Beberapa pihak mungkin sulit membedakan antara stimulus moneter dan manipulasi mata uang. Keduanya punya kesamaan, yaitu sama-sama mencetak uang atau menambah jumlah uang beredar, tetapi mereka punya perbedaan dari segi ‘motivasi’ dalam melakukan penambahan uang beredar.
Secara umum, stimulus moneter adalah kebijakan moneter dari bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Ketika suatu negara mencetak uang baru, nilai mata uang tersebut akan menurun jika setiap peningkatan pasokan mata uang tidak mewakili jumlah barang dan jasa yang sama dalam perekonomian. Jadi, ini juga berlaku sebaliknya, jika ekonomi menghasilkan lebih banyak barang dan jasa untuk mewakili pasokan baru, itu akan menimbulkan devaluasi mata uang baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Masalah utama dari proses mengidentifikasi manipulasi mata uang yaitu niat atau motivasi suatu negara. Sebagai contoh, European Central Bank (ECB) mencetak sekitar 2,6 triliun Euro sebelum paket stimulus mereka pada akhir tahun 2019. Mereka mengatakan bahwa ini bertujuan untuk meningkatkan ekonomi yang gagal.
Sejak puncak yang terjadi terhadap kurs dolar AS pada akhir tahun 2009, nilai euro telah jatuh secara drastis. Ini dimulai dari kurs €0,67 terhadap dolar AS, kemudian merosot menjadi €0,91 pada tahun 2019. Dengan kata lain, stimulus moneter menjadi bagian dari penyebab anjloknya nilai mata uang, tetapi belum tentu juga menjadi faktor utama. Kita mengasumsikan bahwa pelemahan nilai tukar di sini tidak bersifat manipulatif, tetapi efek yang ditimbulkan masih sama, tergantung pada motivasi mereka.
2. Kinerja ekonomi
Mengapa kinerja ekonomi suatu negara dapat berpengaruh terhadap kurs atau nilai tukar mata uang? Ketika perekonomian suatu negara, katakanlah Indonesia, mencatat kinerja positif, artinya prospek ke depan bakal cerah. Ini kemudian mengundang investor asing datang untuk berinvestasi atau menanamkan modal mereka sehingga aliran uang dari luar negeri akan masuk. Dengan kata lain, mereka akan membeli rupiah (IDR). Ketika permintaan terhadap rupiah meningkat, kurs rupiah akan naik. Sebaliknya, jika proyeksi atau kinerja ekonomi buruk, kurs rupiah bakal turun karena modal asing akan keluar dari dalam negeri dan memindahkannya ke negara dengan prospek bagus.
3. Defisit perdagangan
Defisit perdagangan (trade deficit) adalah kondisi saat nilai ekspor lebih rendah daripada nilai impor. Dengan kata lain, suatu negara membeli lebih banyak mata uang asing untuk produk internasional, tetapi negara luar negeri membeli mata uang domestik lebih sedikit untuk barang lokal. Ini juga dapat disebut arus kas keluar lebih besar daripada arus kas masuk. Pada gilirannya, ini akan membuat nilai mata uang domestik melemah atau kurs menurun.
4. Suku bunga
Suku bunga (interest rate) dianggap sebagai salah satu faktor utama penyebab fluktuasi nilai tukar atau yang menimbulkan exchange rate suatu negara naik turun. Bagaimana peran suku bunga terhadap kurs? Pada dasarnya, investor akan selalu mencari return investasi (return on investment) terbaik, biasanya bernilai lebih tinggi meskipun juga mempertimbangkan aspek-aspek lain. Sebagai contoh, jika Indonesia menawarkan suku bunga investasi yang lebih tinggi daripada negara lain, itu mungkin akan menarik minat investor dan modal asing akan membanjiri Indonesia sehingga permintaan terhadap mata uang lokal meningkat dan pada gilirannya kurs rupiah menguat.
Namun, perlu dicatat bahwa dalam skema yang lebih besar khususnya untuk menarik modal asing ke dalam negeri, suku bunga tidak menjadi satu-satunya aspek penting. Beberapa faktor lain yang dianggap lebih penting sebagai pertimbangan investor asing adalah stabilitas suatu negara, kondisi politik, keamanan, dan proyeksi ekonomi.
Jenis sistem nilai tukar
Secara umum, sistem nilai tukar (exchange rate systems) terdiri dari tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
- Kurs tetap (fixed rate)
- Kurs mengambang bebas (free floating rate)
- Kurs mengambang terkendali (managed floating rate)
1. Nilai tukar tetap
Kurs tetap atau nilai tukar tetap (fixed exchange rate) adalah kebijakan untuk mematok suatu mata uang ke mata uang lain atau komoditas (seperti emas). Tidak peduli bagaimana suku bunga, kondisi ekonomi, atau defisit perdagangan, nilai mata uang akan bernilai tetap. Kita bisa melihat ke belakang pada tahun 1944, pada saat itu pemerintah AS mengikat dolar dengan emas di bawah perjanjian Bretton Woods. Periode 1944 sampai perjanjian berakhir pada tahun 1977, kurs AS ditetapkan sebesar $35 per satu ons emas. Ini berhasil memberi kekuatan besar pada dolar AS karena mata uang memiliki nilai yang mendasarinya (underlying assets).
2. Nilai tukar mengambang bebas
Nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) adalah kebijakan untuk membiarkan perubahan kurs mata uang sesuai permintaan dan penawaran di pasar valas. Dengan kata lain, sistem floating rate ini memberikan otoritas kepada pasar untuk memengaruhi nilai tukar, sementara pemerintah dan bank sentral tidak memiliki kendali. Kurs mengambang bebas atau fleksibel ini merupakan sistem yang relatif baru dan mulai mendapat daya tarik pada tahun 1973 setelah perjanjian Bretton Woods runtuh.
3. Nilai tukar mengambang terkendali
Nilai tukar terkelola (managed floating rates) adalah kebijakan hibrida (hybrid) atau perpaduan antara pertukaran mengambang dan tetap. Ini memungkinkan nilai mata uang untuk berfluktuasi di pasar, tetapi tunduk pada peraturan tertentu. Beberapa negara mungkin ingin mengimpelentasikan batasan-batasan yang ketat, misalnya nilai tukar antara dolar AS dan Yuan Cina ditetapkan antara $6 hingga $7. Jadi, meskipun kurs kedua mata uang ini mengalami volatilitas naik turun, itu akan tetap berada di kisaran angka yang ditetapkan.
Ada juga kasus seperti bank sentral suatu negara yang sengaja melakukan campur tangan di pasar. Sebagai contoh, dolar AS mungkin naik nilai terhadap rupee India. Untuk mengatasi ini, bank sentral India dapat menjual sejumlah besar dolar AS cadangan mereka untuk mengurangi permintaan. Pada saat yang sama, penguatan Rupee dapat dilawan dengan melakukan pembelian dolar AS sebagai gantinya. Ini akan memasok pasar dengan rupee sehingga mengurangi nilai komparatifnya.
Jadi, nilai tukar yang dikelola adalah kebijakan di mana nilai mata uang dibiarkan melayang di pasar dalam tingkat yang lebih rendah dan lebih tinggi, di mana bank sentral bisa campur tangan untuk ‘memutuskan’ nilai mata uang. Sistem managed rates melibatkan banyak intervensi daripada tingkat bebas (free floating exchange rates).