Poin-poin penting terkait inflasi:
- Inflasi dapat didefinisikan sebagai depresiasi nilai mata uang karena jumlah uang beredar melonjak yang mendorong harga barang-barang meningkat. Ini merupakan kebalikan dari deflasi.
- Inflasi dapat diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI).
- Inflasi tinggi yang terjadi dalam jangka waktu berkepanjangan dapat merusak perekonomian karena aktivitas investasi atau ekspansi bisnis melambat dan penurunan daya beli serta konsumsi masyarakat.
Apa Itu Inflasi dalam ekonomi?
Dalalam ekonomi makro, inflasi adalah sebuah dampak yang menyebabkan nilai mata uang tergerus yang disebabkan oleh jumlah uang beredar meningkat. Inflasi juga bisa diartinya sebagai periode di mana harga barang-barang secara keseluruhan naik sehingga konsumsi di masyarakat menurun yang berakibat melambatnya aktivitas perekonomian.
Cara mengukur angka inflasi adalah dengan indikator Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI). Secara ringkas, CPI adalah proksi untuk memeriksa nilai rata-rata tertimbang harga dari sekeranjang barang dan jasa paling umum dikonsumsi oleh konsumen, seperti makanan, transportasi, dan produk kesehatan. Cara perhitungan CPI yaitu dengan mengambil setiap perubahan harga dari masing-masing item dalam keranjang produk yang telah ditentukan, kemudian dihitung nilai rata-rata.
Selain CPI, ada alat ukur inflasi lainnya yang perlu dipahami, yaitu Produsen Price Index (PPI) dan PCE. Baca selengkapnya di sini: Indikator Inflasi Terpenting.
Penyebab inflasi
Ahli ekonomi AS, Milton Friedman pernah mengatakan bahwa inflasi akan selalu menjadi fenomena moneter. Maksudnya, inflasi hanya dapat diciptakan oleh bank sentral yang bertanggung jawab untuk menciptakan uang. Bank sentral menjadi pihak yang mengirim air ke pipa, dan bank-bank komersial adalah pihak yang melepaskan keran. Jika bank sentral tidak mengirimkan lebih banyak air, bank-bank juga tidak akan dapat menciptakan inflasi lebih lanjut. Namun, ada beberapa faktor yang memberi kontribusi pada penyesuaian jangka pendek dalam tingkat inflasi, meskipun mereka akan selalu dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dalam jangka panjang.
1. Bank sentral dan fractional-reserve banking
Sementara bank dapat menciptakan uang melalui sistem cadangan fraksional, ini hanya bisa difasilitasi jika bank sentral memasukkan uang tambahan ke pasar. Penciptaan uang dari bank-bank hanyalah sebuah produk sampingan dari kebijakan moneter fractional-reserve banking.
Sebagai contoh, bank sentral memiliki $100 yang beredar yang diberikan kepada Bank A, dengan meminjamkan $90 dan sisanya $10 disimpan sebagai cadangan fraksional. Pada gilirannya, uang ini akan menyebar menjadi utang, kemudian menciptakan sirkulasi $1.000. Perhitungan untuk ini berasal dari pengganda uang. Ini adalah (1/reserve ratio) x jumlah yang beredar. Dalam contoh kasus ini, perhitungan akan menjadi (1/0,1) x $100 sehingga ada $1.000 yang beredar.
Bank-bank komersial sekarang memiliki power untuk mengendalikan jumlah uang beredar, baik untuk menahan jumlah pinjaman (kredit) untuk mengurangi jumlah uang beredar maupun meningkatkan jumlah pinjaman untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Meskipun begitu, peran permintaan uang juga tidak dapat dilepaskan. Jika konsumen dan bisnis tidak mau meminjam, bank-bank juga tidak dapay menyalurkan kredit.
Seperti Jepang, misalnya, ada stimulus moneter yang kuat, tetapi permintaan uang tidak memenuhi. Keputusan menabung menjadi bagian besar dari ekonomi Jepang, dan hanya ada sedikit saja permintaan untuk utang pribadi sehingga tingkat inflasi di sana relatif stabil.
2. Velocity of money
Velocity of money atau kecepatan uang adalah tingkat frekuensi uang berpindah tangan di antara pelaku ekonomi. Ini dapat merujuk pada aktivitas transaksi jenis apa pun yang menyebabkan terjadinya perpindahan kepemilikan uang. Semakin cepat peredaran uang, semakin tinggi transaksi antar pelaku ekonomi. Sebaliknya, peredaran uang yang lambat menunjukan aktivitas transaksi antar pelaku ekonomi menurun.
Selain itu, velocity of money sangat tergantung pada kebijakan moneter bank sentral. Untuk menjaga ekspektasi terhadap inflasi (tingkat yang ideal), uang yang diproduksi bank sentral harus masuk ke dalam perekonomian yang lebih luas dan mampu mempertahankan ritme. Sebaliknya, jika jumlah uang beredar meningkat tetapi kecepatan peredaran uang dari pelaku ekonomi menurun, ekspektasi ekonomi akan melemah sehingga berpotensi terjadi guncangan.
Ingatlah bahwa inflasi tidak selalu buruk. Bank sentral ingin mencapai angka inflasi yang ideal (sesuai ekspektasi) sebagai indikasi perekonomian yang berjalan baik. Namun, tingkat inflasi yang lebih tinggi di luar ekspektasi akan memberi dampak negatif, yang mana ini dapat berasal saat jumlah uang beredar meningkat, tetapi velocity of money rendah.
Jadi, pasokan moneter yang longgar oleh kebijakan bank sentral dapat mempertahankan ekspektasi kecepatan peredaran uang. Namun, ini dengan syarat bahwa ada harapan harga barang-barang akan naik lebih tinggi di masa mendatang.
3. Fluktuasi nilai tukar
Inflasi dapat terjadi ketika barang-barang yang masuk ke suatu negara menjadi lebih mahal akibat depresiasi nilai tukar. Jika nilai tukar suatu negara versus negara lain melemah, itu berarti mata uang domestik membeli lebih sedikit mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar cenderung berdampak pada tingkat inflasi jangka pendek karena penyesuaian mata uang biasanya memang bersifat jangka pendek. Sebagai contoh, penurunan rupiah sebesar dibandingkan mata uang lain akan membuat produk impor menjadi lebih mahal.
4. Peningkatan biaya produksi
Inflasi menyebabkan harga barang-barang lebih mahal daripada harga normal. Kenaikan harga ini salah satunya disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat. Ada banyak faktor yang mendorong apresiasi biaya produksi. Sebagai contoh, biaya impor lebih tinggi jika perusahaan mengandalkan pemasok asing atau internasional. Kemudian, pasar tenaga kerja yang ketat karena ketersediaan jumlah tenaga kerja terbatas sehingga upah atau gaji karyawan ditawarkan lebih tinggi untuk memenuhi posisi. Ini semua pada gilirannya akan menambah beban perusahaan sehingga berdampak pada kenaikan harga produk.
Cara kerja inflasi
Inflasi terjadi karena produksi uang yang berlebihan sehingga jumlah uang beredar meningkat lebih banyak melebihi output ekonomi. Sebagai contoh, katakanlah Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara tumbuh sebesar dua persen, tetapi jumlah uang beredar meningkat sebesar persen, maka inflasi diharapkan akan terjadi.
Baca juga: cara mengeloa uang saat inflasi meroket
Peran bank sentral terhadap inflasi
Agar aktivitas perekonomian tumbuh, inflasi diharapkan terjadi pada tingkat yang diekspektasikan, katakanlah sebesar dua persen. Asumsinya bahwa konsumen menganggap harga bakal naik di masa mendatang sehingga mereka mengambil keputusan pembelian lebih awal dan memberi insentif lebih lanjut pada konsumsi. Dengan kata lain, konsumen akan membelanjakan uang hari ini untuk memperoleh harga yang lebih rendah. Pada gilirannya, ini akan merangsang pertumbuhan bisnis dan ekonomi yang lebih luas sehingga juga akan membuka lapangan kerja.
Selain itu, ini juga membutuhkan kecepatan uang (velocity of money) yang tinggi atau uang berpindah tangan dengan cepat di antara pelaku ekonomi. Sebagai contoh, si A menuntut produk dari si B, keduanya menuntut produk dari si C, dan menuntut produk lagi dari si D. Seandainya si A menuntut produk dari si B, tetapi mereka tidak menuntut dari si C, uang akan stagnan. Jika B tidak lagi menuntut produk dari C, pendapatan C akan lebih sedikit. Mereka kemudian tidak dapat membeli dari si D. Begitu seterusnya.
Jadi, peran bank sentral adalah memastikan bahwa kecepatan peredaran uang dalam tingkat yang baik agar aktivitas ekonomi tidak berkurang sehingga tidak berdampak buruk bagi ketersediaan lapangan kerja. Namun, bank sentral tidka bisa memaksa, misalnya si B, untuk membelanjakan uang mereka dengan si C. Dengan kata lain, bank sentral harus menggunakan cara atau strategi lain untuk mendorong velocity of money, misalnya dengan kebijakan suku bunga yang selama ini menjadi alat utama mereka.
Circular flow of inflation
Bagaimana arus lingkaran inflasi (circular flow of inflation) terjadi? Ketika bank sentral menyuntik uang ke dalam sistem, bank-bank komersial harus meminjamkan uang (menyalurkan kredit) untuk menciptakan inflasi. Jika ini terealisasi, lebih banyak uang dihabiskan alias menambah peredaran uang. Ini menunjukkan bahwa bisnis sedang mendorong ekspansi (memperluas produksi) sehingga diharapkan akan lebih banyak membuka kesempatan kerja dan terjadi pertumbuhan.
Akibatnya, uang-uang ini akan masuk ke tangan-tangan baru, seperti karyawan baru dan perusahaan lain yang terlibat dalam perluasan bisnis. Jumlah uang yang lebih banyak dalam perekonomian akan menyebabkan kenaikan permintaan atas produk. Ketika permintaan produk melonjak, bisnis bereaksi dengan menaikkan harga produk – ini kemudian dikenal sebagai demand-pull inflation.
Penting untuk dicatat bahwa inflasi hanya terjadi ketika jumlah uang beredar meningkat melebihi output ekonomi. Dengan kata lain, harga produk akan naik jika bisnis masih memproduksi dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Namun, penciptaan inflasi melalui suntikan awal oleh bank sentral akan membutuhkan waktu, biasanya dalam 12 bulan. Bank sentral mengalirkan uang ke bank-bank dan mereka meminjamkannya kepada bisnis dan konsumen. Pada gilirannya, ini akan menggerakkan aktivitas ekonomi untuk mencapat tingkat pertumbuhan yang diharapkan.