Pandangan ekonom tentang arah kebijakan moneter sering kali menjadi sorotan utama dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Baru-baru ini, Mark Zandi, kepala ekonom Moody’s Analytics, menyuarakan kekhawatirannya tentang potensi risiko yang dihadapi oleh perekonomian AS dan sektor perbankan jika Federal Reserve tidak segera memangkas suku bunga.
Suku Bunga di AS Tinggi, Resesi Ekonomi di Depan Mata
Zandi menyoroti bahwa mempertahankan suku bunga pada level saat ini (5.25% s.d. 5.5%) meningkatkan risiko terjadinya resesi ekonomi.
Dalam wawancara dengan Yahoo Finance, dia mengungkapkan bahwa suku bunga yang tinggi dapat merusak ekonomi secara bertahap dan, pada titik tertentu, dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. Zandi menekankan pentingnya langkah-langkah yang proaktif dari Federal Reserve untuk memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang guna memberikan keringanan bagi perekonomian.
Salah satu perhatian utama Zandi adalah terkait dengan potensi kegagalan bank. Dia mengingatkan bahwa suku bunga yang tinggi telah menyebabkan pertumbuhan pinjaman yang lambat dan memperburuk kondisi kredit, yang pada gilirannya dapat menempatkan tekanan pada keseimbangan keuangan bank.
Zandi juga menyoroti kegagalan bank regional yang terjadi tahun lalu sebagai contoh nyata dari risiko yang dihadapi oleh sektor perbankan.
Tidak hanya itu, Zandi juga menggambarkan dampak yang merugikan dari suku bunga yang tinggi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Biaya pinjaman yang tinggi telah memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengancam untuk memicu resesi jika kebijakan moneter tidak disesuaikan dengan tepat.
Meskipun Federal Reserve sebelumnya telah menahan diri dari memangkas suku bunga karena kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi, Zandi menekankan pentingnya untuk mengambil langkah-langkah yang proaktif untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar di masa depan. Dia menyoroti bahwa kebijakan moneter yang tepat dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah krisis yang lebih dalam.
Dalam konteks ini, pandangan Zandi menyoroti kompleksitas dalam mengelola kebijakan moneter, di mana keputusan harus didasarkan pada analisis yang cermat tentang kondisi ekonomi saat ini dan risiko yang dihadapi di masa depan.
Depresi Global 2025 Tak Terhindarkan: Suku Bunga Melonjak & Inflasi Lebih 13,5%
Dampak Suku Bunga FED Tinggi terhadap Perekonomian Indonesia
Dampak suku bunga tinggi di Amerika Serikat dapat mempengaruhi Indonesia melalui beberapa saluran:
- Arus Modal: Suku bunga yang tinggi di AS cenderung menarik investor untuk menempatkan dananya di sana karena imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia ke AS, yang dapat melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan meningkatkan tekanan pada neraca pembayaran Indonesia.
- Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi: Suku bunga yang tinggi di AS dapat memperkuat dolar AS, yang pada gilirannya dapat membuat impor menjadi lebih murah dan ekspor menjadi lebih mahal bagi Indonesia. Ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia karena mengurangi daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional.
- Utang Eksternal: Jika Indonesia memiliki utang yang berdenominasi dalam mata uang asing, seperti dolar AS, suku bunga yang tinggi di AS akan membuat biaya pembayaran bunga menjadi lebih mahal bagi pemerintah dan perusahaan Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan beban utang eksternal Indonesia.
- Investasi dan Pasar Modal: Suku bunga yang tinggi di AS dapat membuat investor lebih cenderung untuk mengalihkan investasi mereka ke pasar keuangan AS daripada pasar keuangan Indonesia. Ini dapat mengurangi likuiditas pasar modal Indonesia dan menghambat pertumbuhan pasar modal domestik.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia dan bank sentral perlu memantau dengan cermat kebijakan moneter di AS dan meresponsnya dengan langkah-langkah kebijakan domestik yang sesuai. Ini termasuk mengelola kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga stabilitas ekonomi, mengelola nilai tukar rupiah, dan meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, pemerintah juga dapat mengambil langkah-langkah untuk menarik investasi asing ke Indonesia melalui insentif pajak dan peningkatan iklim investasi.