Harga minyak mengalami kestabilan di tengah sinyal penurunan inventori di Amerika Serikat yang diimbangi oleh kekhawatiran terhadap permintaan di China serta ketidakpastian terkait timeline pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pada perdagangan terbaru, Brent bergerak di bawah $85 per barel setelah terkoreksi lebih dari 3% dalam tiga sesi terakhir, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) bergerak di atas $81 per barel.
Data dari American Petroleum Institute menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS menyusut sebesar 1,92 juta barel minggu lalu, dengan penurunan juga tercatat di pusat utama Cushing, Oklahoma. Total kepemilikan minyak turun lebih dari 12 juta barel pada minggu sebelumnya.
Pengaruh Ekonomi China Terhadap Permintaan Minyak
China, sebagai importir minyak terbesar di dunia, menunjukkan tantangan ekonomi yang berkelanjutan, dengan tekanan deflasi yang masih ada seiring penurunan harga pabrik. Sinyal-sinyal ini menunjukkan penurunan selera untuk minyak mentah dari beberapa kilang di negara tersebut. Data pada hari Rabu semakin menegaskan tantangan ekonomi ini, menciptakan kekhawatiran tambahan tentang permintaan minyak dari China.
Meskipun demikian, harga minyak tetap lebih tinggi sepanjang tahun ini, didukung oleh pemotongan pasokan dari OPEC+ dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar di AS. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa meskipun ia mengamati tanda-tanda kelemahan pasar tenaga kerja, pembuat kebijakan masih ingin melihat bukti lebih lanjut bahwa inflasi melambat sebelum mengurangi biaya pinjaman.
Pengaruh Kebijakan Moneter AS
Komentar Powell tidak memiliki dampak pasar yang signifikan, dengan ekspektasi pemotongan suku bunga pada bulan September tetap tidak berubah. Warren Patterson, kepala strategi komoditas untuk ING Groep NV, mengatakan bahwa kekhawatiran tentang permintaan minyak China telah meningkat baru-baru ini dan data inflasi terbaru tidak akan mengurangi kekhawatiran ini, karena data tersebut lebih lemah dari yang diharapkan.
Volatilitas Pasar Minyak
Perdagangan minyak yang lesu belakangan ini telah membuat indikator volatilitas menurun. Volatilitas implisit Brent, yang merupakan perkiraan pergerakan yang mungkin terjadi dalam futures minyak yang terkait dengan harga opsi, mendekati level terendah dalam sekitar enam tahun.
Trader akan meneliti laporan bulanan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Rabu untuk mengetahui lebih banyak tentang prospek pasar global. Badan Energi Internasional (IEA) akan merilis pandangan mereka sehari setelahnya. Laporan ini akan menjadi kunci dalam memahami arah harga minyak ke depannya, terutama dengan berbagai faktor yang mempengaruhi pasokan dan permintaan global.
Kesimpulan
Harga minyak saat ini berada dalam kondisi stabil, namun banyak faktor yang bisa mempengaruhi pergerakannya di masa depan. Penurunan inventori di AS memberikan dukungan sementara bagi harga, namun kekhawatiran tentang permintaan dari China dan kebijakan moneter AS masih menjadi perhatian utama.
Pedagang dan analis akan terus memantau data ekonomi dan laporan dari OPEC serta IEA untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang dinamika pasar minyak global. Stabilitas harga minyak tetap rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan global, menjadikannya salah satu komoditas yang paling dinamis dan penuh tantangan untuk diprediksi.
Harga Minyak Brent Melonjak di Atas $87: Level Tertinggi Sejak April 2024