Pada 10 Juni 2024, Morgan Stanley mengeluarkan pernyataan bahwa peringkat saham Indonesia turun menjadi underweight. Keputusan ini didasarkan pada dua faktor utama yang menjadi pertimbangan mereka, yaitu kebijakan fiskal dan penguatan dolar AS terhadap nilai tukar rupiah.
Menurut analisis Morgan Stanley, kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar AS menimbulkan risiko terhadap investasi saham di negara ini. Hal ini mengakibatkan ketidakpastian terhadap prediksi kinerja indeks saham Indonesia, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di masa mendatang.
Dalam catatan mereka, ahli strategi Morgan Stanley, termasuk Daniel Blake, menyoroti ketidakpastian jangka pendek terkait arah kebijakan fiskal di masa depan, sambil mencatat beberapa kelemahan di pasar valuta asing (Valas) dalam kondisi suku bunga AS yang tinggi dan prospek dolar AS yang kuat.
Dampak dari kebijakan fiskal yang mungkin besar, seperti janji kampanye Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto untuk menyediakan makan siang dan susu untuk pelajar, juga menjadi perhatian. Ini dianggap dapat menimbulkan beban fiskal yang signifikan, sementara prospek pendapatan Indonesia juga terlihat memburuk.
Perubahan sikap Morgan Stanley terjadi di tengah tren penguatan dolar AS menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve dan keputusan Bank Indonesia pada minggu depan. Pada 11 Juni 2024, IHSG berada pada level 6.855,69, mencerminkan penurunan kinerja sepanjang tahun sebesar 5,74%, sementara investor asing juga cenderung melakukan aksi jual di pasar saham dengan net sell Rp10,06 triliun.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, di sisi lain, masih anjlok, berada di dekat level terlemahnya, mencapai Rp16.291 per dolar AS. Fenomena ini menjadi hasil respons pasar terhadap keputusan The Fed menahan suku bunga acuan di level tinggi 5,25%-5,50%.
Sementara itu, dalam rapat antara Pemerintah dan DPR RI, telah disepakati target inflasi pada APBN 2025 yang akan dijaga pada rentang 1,5% hingga 3,5%. Demikian pula, nilai tukar rupiah ditargetkan pada kisaran Rp15.300–Rp15.900 per dolar AS.Â
Langkah-langkah ini dianggap esensial untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mempertimbangkan dinamika dan risiko dari perspektif global serta potensi dampaknya terhadap Indonesia.
Kamrussamad, anggota Komisi XI DPR RI, menekankan perlunya menjaga kestabilan inflasi dan nilai tukar rupiah sebagai pondasi yang kuat dalam jangka menengah panjang. Bank Indonesia diharapkan akan terus melakukan kebijakan moneter yang preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali, sementara evaluasi terhadap efektivitas kebijakan moneter juga diharapkan dapat terus dilakukan.
Dengan demikian, langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu memitigasi risiko yang diidentifikasi oleh Morgan Stanley, serta menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tantangan global yang kompleks.
Dengan peringkat saham Indonesia turun ini, investor harus tetap waspada terhadap pergerakan IHSG ke depan serta menyesuaikan strategi yang tepat agar dapat menyelamatkam portofolio investasi.