Kebijakan moneter adalah landasan dari kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan pengelolaan pasokan uang atau jumlah uang beredar. Lembaga keuangan yang menjadi pengendali atas kebijakan moneter adalah bank sentral. Karena perannya yang sangat vital, bank sentral bekerja secara independen alias tidak dapat diintervensi oleh siapa pun, termasuk pemerintah. Lalu, apa saja yang ada dalam kebijakan moneter? Berikut ulasannya.
Apa Itu Kebijakan Moneter?
Kebijakan moneter adalah keputusan bank sentral (central bank) terhadap penawaran uang yang dapat memengaruhi aktivitas perekonomian. Bank sentral memiliki kendali atas kebijakan moneter dengan meningkatkan atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter pada akhirnya diharapkan mampu mengontrol inflasi, menjaga stabilitas nilai tukar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan membuka lapangan kerja.
Alat Kebijakan Moneter
Bagaimana cara bank sentral mengambil kebijakan moneter? Untuk melakukan tugas yang berkaitan dengan uang atau keuangan untuk memengaruhi perekonomian suatu negara, bank sentral menggunakan alat kebijakan moneter (monetary policy tools). Dalam kasus di Amerika Serikat (AS), misalnya, bank sentral The Federal Reserve (The Fed) secara umum menggunakan tiga alat kebijakan moneter yang paling utama, yaitu sebagai berikut:
- Operasi pasar terbuka (open market operations)
- Cadangan wajib minimum (reserve requirements)
- Tingkat diskonto (discount rate)
1. Open Market Operations
Salah satu alat utama kebijakan moneter The Fed adalah Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations) yang mengacu pada pembelian dan penjualan instrumen keuangan oleh bank sentral. Instrumen keuangan ini juga dapat disebut sebagai sekuritas. Bank sentral membeli sekuritas dari bank komersial dengan menciptakan uang dan menambahkannya ke cadangan sentral bank. Secara umum, fungsi rekening cadangan bank sentral ini sama seperti rekening giro.
Ketika bank sentral membeli sekuritas, ini disebut sebagai kebijakan moneter ekspansif yang mengindikasikan bahwa bank sentral menambah jumlah uang beredar. Jadi, ketika bank sentral menambah jumlah uang ke rekening cadangan bank komersial, itu akan menciptakan uang. Pada gilirannya, bank-bank memiliki lebih banyak uangk beredar di seluruh perekonomian sehingga ada lebih banyak uang yang siap untuk dipinjamkan dan diinvestasikan. Open Market Operations berpotensi menyebabkan inflasi sehingga bank sentral harus bersikap hati-hati.
2. Reserve Requirements
Persyaratan cadangan atau reserve requirements adalah peraturan yang diterapkan oleh kebanyakan bank-bank sentral di dunia, meskipun dengan tingkat yang berbeda-beda. Pada gilirannya, bank komersial harus tetap menjaga persyaratan cadangan ini. Jadi, ini bisa disimpan sebagai uang tunai dingin (cold hard cash) atau di rekening cadangan pusat mereka. Intinya adalah agar bank-bank memiliki cukup uang untuk memenuhi tuntutan langsung dari deposan.
Bank sentral menggunakan persyaratan cadangan untuk memperluas jumlah uang beredar secara tidak langsung. Ini dilakukan untuk mendorong bank-bank untuk menyimpan lebih banyak uang daripada harus menyalurkannya. Ketika rasio cadangan (reserve ratio) rendah, semakin banyak uang yang dapat dipinjamkan (disalurkan) oleh bank. Sebaliknya, ketika reserve ratio tinggi, bank harus lebih banyak menyisihkan. Pada gilirannya, ini menunjukkan bahwa lebih sedikit uang yang beredar melalui perekonomian.
Jadi rasio cadangan restriktif dapat mengurangi jumlah uang beredar yang menunjukkan ada lebih sedikit uang untuk mencerminkan produk (barang dan jasa) yang sedang diproduksi sehingga berpotensi menyebabkan deflasi (jumlah uang beredar lebih sedikit).
Tujuan utama dari pengendalian rasio cadangan adalah agar bank sentral memiliki lebih banyak kontrol terhadap jumlah uang beredar. Mengurangi rasio cadangan dapat meningkatkan jumlah uang beredar, yang secara teori, akan meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Sebaliknya, meningkatkan rasio cadangan akan mengurangi jumlah uang beredar, yang mana kebijakan ini dapat diambil oleh bank sentral sebagai alternatif untuk mengendalikan inflasi.
3. Discount Rate
Tingkat diskonto atau discount rate mengacu pada tingkat suku bunga yang dibebankan bank sentral kepada bank komersial. Jika bank komersial tidak dapat memenuhi likuiditas yang cukup dari bank-bank lain, mereka harus meminjam dari bank sentral sebagai lender of last resort. Sebagai contoh, bank komersial mungkin tidak mampu memenuhi kewajib dan butuh pinjaman jangka pendek untuk menutupinya.
Secara umum, bank sentral seperti The Federal Reserve (The Fed) menawarkan tingkat diskonto dalam tiga format, yaitu kredit utama, kredit sekunder, dan kredit musiman yang masing-masing menetapkan tingkat bunga sendiri.
- Kredit utama (primary credit): ini diberikan kepada lembaga keuangan yang paling aman dan menerima harga terbaik.
- Kredit sekunder (secondary credit): ini tersedia untuk lembaga-lembaga yang tidak mampu memenuhi standar yang sama dan menawarkan risiko yang lebih besar.
- Kredit musiman (seasonal credit): ini diperluas ke lembaga penyimpanan yang relatif kecil dengan fluktuasi kebutuhan pendanaan intra-tahun yang terus berulang, seperti bank di komunitas pertanian atau resort communities.
Dengan menaikkan tingkat diskonto (discount rate), bank sentral seperti The Fed akan membuat biaya lebih mahal bagi bank-bank untuk melakukan bisnis khususnya untuk pinjaman jangka pendek. Jadi, semakin tinggi tingkat diskonto, semakin banyak bank-bank komersial yang menghindari risiko. Sebaliknya, ketika bank sentral menurunkan tingkat diskonto, itu menciptakan biaya yang lebih murah untuk meminjam uang. Pada gilirannya, kedua kebijakan ini akan memengaruhi jumlah uang beredar.
Jenis-jenis kebijakan moneter
Secara umum, ada dua jenis kebijakan moneter yang dapat digunakan oleh bank sentral, yaitu ekspansif dan kontraktif.
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan moneter ekspansif, dikenal juga sebagai kebijakan moneter longgar, adalah kebijakan bank sentral untuk menambah jumlah pasokan uang beredar dengan tujuan untuk merangsang aktivitas perekonomian dan mengatasi pengangguran. Biasanya, cara kerja kebijakan moneter ekspansif yaitu dengan menurunkan suku bunga acuan sehingga biaya kredit bagi perusahaan akan lebih murah. Ini pada akhirnya akan mendorong ekspansi bisnis sehingga akan tersedia lebih banyak peluang kerja. Kebijakan moneter ini sangat cocok digunakan saat kondisi ekonomi lesu atau masa-masa sulit.
Sebagai contoh di AS, ketika sistem perbankan AS hancur yang menyebabkan The Great Recession pada tahun 2007-2008, The Fed memangkas suku bunga menjadi mendekati nol sehingga dapat memperluas pertumbuhan ekonomi. Selain itu, The Fed juga melakukan hal yang sama pada tahun 2020 untuk keluar dari resesi akibat pandemi Covid-19 2020. Kebijakan seperti ini juga sering dilakukan oleh seluruh bank sentral di berbagai negara di dunia, termasuk oleh BI di Indonesia.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan moneter kontraktif, dikenal juga sebagai kebijakan moneter ketat, adalah kebijakan bank sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan tujuan untuk menekan inflasi yang tidak terkendali dan menjaga keseimbangan ekonomi. Cara kerja kebijakan moneter kontraktif adalah yaitu dengan menaikkan suku bunga acuan sehingga akan memperlambat pertumbuhan uang dan harga.
Sebagai contoh di Asa, pada awal 1980-an, tingkat inflasi AS melonjak signifikan menjadi hampir 15%. Ini mendorong bank sentral The Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif menjadi hampir 20%. Sementara kebijakan ini menyebabkan resesi nasional, itu juga membawa inflasi kembali ke level sekitar 3% sehingga dapat membantu penguatan ekonomi AS.
Perbedaan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal menjadi senjata utama dalam mengatur perekonomian di suatu negara. Perbedaan utama antara kebijakan moneter dan fiskal adalah bahwa kebijakan moneter berfokus pada pengendalian uang (jumlah uang beredar), sedangkan kebijakan fiskal berfokus pada pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, tetapi digunakan oleh pemerintah dan bank sentral untuk tujuan yang sama, yaitu kepentingan negara dan kemaslahatan masyarakat. Selain itu, kendali atas kebijakan moneter dipegang oleh bank sentral yang bekerja secara kredibel dan independen, sedangkan kebijakan moneter diambil oleh pemerintah di mana sering kali menjadi alat politik.