Inflasi artinya segala sesuatu lebih mahal dan bahwa nilai uang tergerus atau menjadi kurang berharga sehingga ini memaksa Anda untuk mengevaluasi kembali strategi atau cara mengatur keuangan pribadi atau keluarga.
Inflasi tinggi sedang melanda banyak negara di dunia pada tahun 2022 ini, misalnya inflasi di Indonesia yang mencapai 3,85% (periode tahunan Januari – Juli 2022) dan inflasi di AS yang mencapai 9,1% pada bulan Juni. Menariknya, angka inflasi AS tersebut menjadi rekor tertinggi dalam empat dekade, sementara angka inflasi yang ideal adalah 2%. Ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Untuk menekan laju inflasi, pemerintah melalui bank sentral mengambil kebijakan moneter dengan menaikkan tingkat suku bunga yang akan menjadi patokan bagi bank komersial untuk meminjam (borrow) dan meminjamkan (lending) uang.
Ketika biaya pinjaman (cost of borrowing) naik akibat kenaikan suku bunga, itu akan menjalar ke produk konsumen seperti kredit (loans) dan hipotek (mortgage) sehingga membuatnya lebih mahal. Akan tetapi, apresiasi suku bunga juga dapat berlaku untuk rekening deposito (deposit accounts), yang berarti bahwa bank komersial mungkin akan menawarkan suku bunga yang lebih tinggi pada deposito.
Kita memahami bahwa masa depan adalah tentang ketidakpastian, tetapi membuat perubahan pada cara mengelola uang atau strategi untuk membelanjakan dan menyimpan uang, itu mungkin dapat mengatasi periode inflasi dengan lebih mudah. Berikut adalah beberapa strategi atau cara mengatur keuangan pribadi atau keluarga selama periode inflasi:
- Cari instrumen dengan suku bunga yield tinggi
- Temukan cara menekan biaya-biaya
- Investasi di aset yang safe haven
- Pertimbangkan trading di instrumen derivatif
- Pastikan pendapatan selalu lebih besar daripada pengeluaran
1. Cari instrumen dengan suku bunga yield tinggi
Saat inflasi meroket yang kemudian mendorong bank sentral menaikkan suku bunga (interest rate), bank-bank komersial biasanya juga menyesuaikan dan menaikkan rate mereka pada produk seperti deposito. Dengan kata lain, keuntungan dari deposito akan meningkat. Akan tetapi, menaruh dana di bank melalui instrumen deposito tidak optimal dalam mengalahkan inflasi. Deposito hanya alternatif yang simple sebagai cara melindungi nilai uang yang lebih baik daripada sekadar menabung di rekening atau menyimpan cash di rumah. Selain itu, pajak deposito adalah 20%, angka ini relatif besar yang akan mengurangi hasil profit Anda.
2. Temukan cara untuk menekan biaya-biaya
Cara mengatur keuangan terbaik dan paling efektif saat inflasi tinggi adalah dengan mengurangi biaya-biaya konsumsi yang bukan kebutuhan primer. Seperti yang diketahui, inflasi tinggi artinya harga barang-barang pokok ikut naik sehingga daya beli masyarakat akan menurun, apalagi bagi kelas menengah ke bawah. Karena kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum harus selalu dipenuhi, pilihan paling ideal untuk menghemat uang pengeluaran yaitu dengan menekan costs yang bukan keperluan mendesak, seperti langganan streaming dan nongkrong di kafe atau restoran.
3. Investasi di aset yang safe haven
Aset safe haven adalah kelas aset yang dianggap tangguh melindungi nilainya bahkan saat kondisi perekonomian memburuk, termasuk saat inflasi tinggi yang menjadi salah satu faktor pendorong krisis ekonomi. Salah satu contoh paling populer dari aset safe haven adalah emas (gold) dan dolar AS. Selain itu, beberapa instrumen juga dianggap ideal menjadi safe haven, seperti saham defensif, obligasi pemerintah, mata uang kripto (cryptocurrency) berkinerja baik, misalnya Bitcoin (BTC).
4. Pertimbangkan trading di instrumen derivatif
Mengapa trading derivatif dapat menjadi salah satu pilihan dari cara mengelola keuangan? Mari kita lihat. Derivatif adalah instrumen yang berupa kontrak keuangan resmi antara dua pihak — pengguna (investor atau trader) dan broker atau market maker — yang mana kontrak tersebut mengacu pada aset-aset yang memperoleh nilainya dari aset dasar (underlying assets) sebagai benchmark. Jadi, Anda tidak benar-benar memiliki underlying assets, melainkan hanya mengambil nilainya saja.
Salah satu instrumen derivatif terpopuler adalah contract for difference (CFD). Saat ini, ada banyak sekali broker resmi teregulasi yang memfasilitasi perdagangan online berbasis CFD. Dengan kata lain, akses untuk trading CFD sangat terbuka lebar. Menariknya, CFD ini bisa memperdagangkan aset seperti saham, crypto, ETF, pasangan mata uang forex, dan komoditas (emas, minyak, dll).
Lalu, apa hubungannya dengan inflasi? Inflasi tinggi yang tidak terkendali mengindikasikan situasi perekonomian yang buruk sehingga sejumlah aset keuangan terkena dampak. Sebagai contoh, saham-saham non-defensif alias yang tidak tahan dengan konsekuensi dari inflasi cenderung akan turun.
Karena saham-saham non-defensif ini diprediksi bakal merosot, alih-alih khawatir atas depresiasi harga, Anda bisa menghasilkan cuan dari penurunan harga saham-saham tersebut melalui perdagangan berbasis CFD. Inilah yang menarik dari derivatif seperti pada CFD yang memungkinkan Anda untuk bertaruh pada penurunan harga berbagai aset dengan mengambil posisi short (sell).
5. Pastikan pendapatan selalu lebih besar daripada pengeluaran
Ada lebih banyak strategi mengatur uang saat inflasi tinggi. Namun, cara mengelola keuangan yang paling mudah adalah dengan memastikan bahwa uang masuk mampu menutupi uang keluar alias pendapatan lebih besar daripada pengeluaran Anda. Sesederhana itu saja.
Apa pun situasi yang terjadi, termasuk kondisi perekonomian yang memburuk dan penuh ketidakpastian, selagi penghasilan Anda lebih besar daripada semua biaya-biaya tanggungan, Anda akan baik-baik saja. Hanya saja, kelas menegah ke bawah harus lebih was-was saat inflasi tinggi karena nilai uang Anda akan berkurang atau beban Anda untuk mendapatkan barang akan meningkat. Oleh karena itu, penting sekali memahami cara mengatur keuangan pribadi atau keluarga yang tepat khususnya saat situasi tidak kondusif.