Dalam beberapa tahun terakhir, para analis ekonomi telah berulang kali terbukti salah dalam memprediksi arah ekonomi, dan ini tidak hanya membingungkan publik, tetapi juga para ahli di Wall Street. Jan Hatzius, kepala ekonom di Goldman Sachs, mengakui bahwa beberapa prediksi ekonomi besar telah meleset dalam lima tahun terakhir.
Kesalahan-kesalahan ini menjadi pelajaran penting dalam memahami betapa kompleks dan tidak terduganya ekonomi global.
Depresi Global 2025 Tak Terhindarkan: Suku Bunga Melonjak & Inflasi Lebih 13,5%
Kesalahan Besar dalam Prediksi Ekonomi
Salah satu kesalahan terbesar yang terjadi adalah pada tahun 2020, ketika sebagian besar peramal ekonomi meremehkan potensi pemulihan berbentuk V setelah pandemi COVID-19 melanda. Banyak yang menganggap bahwa pemulihan ekonomi akan berjalan lambat dan penuh hambatan.
Namun, karena penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penutupan ekonomi yang disengaja akibat darurat kesehatan, begitu krisis kesehatan mereda, pemulihan pun berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Goldman Sachs, yang tidak mengikuti pandangan umum, berhasil memprediksi dengan benar pemulihan cepat ini.
Namun, pada tahun 2021, seperti banyak analis lainnya, Goldman Sachs salah dalam memprediksi lonjakan inflasi. Sebagian besar pandangan para ekonom dipengaruhi oleh tingkat inflasi rendah dan stabil selama 30 tahun sebelumnya, yang membuat mereka meremehkan potensi kenaikan harga secara tajam. Akibatnya, saat ini The Fed harus bekerja keras untuk menurunkan inflasi yang mencapai puncaknya pada 9,1% pada Juni 2022.
Kesalahan ketiga terjadi antara 2022 dan 2023, ketika banyak peramal ekonomi memperkirakan resesi akan diperlukan untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang dapat diterima. Namun, kenyataannya, ekonomi AS tumbuh lebih kuat dari yang diharapkan tanpa harus jatuh ke dalam resesi. Meski demikian, Hatzius mencatat bahwa jalan menuju resesi masih mungkin terjadi, meski probabilitasnya rendah.
Apa Itu Resesi: Pengertian, Penyebab, Tanda-tanda, Dampak, dan Cara Mengatasi
Pelajaran Berharga dari Kesalahan
Dari kesalahan-kesalahan ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil. Pertama, pentingnya memperhatikan ketidakseimbangan besar di berbagai pasar, seperti pasar barang tahan lama dan pasar perumahan sewa. Ketidakseimbangan ini, terutama di sektor otomotif dan perumahan, memberikan kontribusi signifikan terhadap lonjakan inflasi yang tidak diprediksi dengan baik oleh para analis.
Pelajaran lainnya adalah perlunya mengidentifikasi metrik tambahan untuk menganalisis keketatan pasar tenaga kerja. Ketika Goldman Sachs memperkenalkan konsep kesenjangan pekerjaan pada awal 2022, mereka menemukan bahwa pasar tenaga kerja jauh lebih ketat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Meski begitu, Hatzius tetap optimis tentang masa depan. Dengan faktor-faktor inflasi yang mulai mereda dan pelonggaran pasar tenaga kerja, ia percaya bahwa inflasi inti bisa kembali turun menuju target 2% tanpa harus melalui resesi. Ia yakin bahwa pertumbuhan PDB yang solid dapat terus berlanjut, dan dengan pelajaran dari kesalahan-kesalahan ini, para analis bisa lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa depan.
Kesimpulan
Prediksi ekonomi memang sulit, terutama dalam menghadapi kejadian tak terduga seperti pandemi COVID-19. Namun, dengan belajar dari kesalahan masa lalu, para analis dapat lebih bijak dalam menyusun prediksi dan strategi ekonomi di masa depan.
Hatzius dan timnya di Goldman Sachs memberikan contoh bagaimana menerima kesalahan dan mengambil pelajaran darinya dapat membantu kita semua lebih siap menghadapi masa depan yang tidak pasti.