Dalam perkembangan yang mengejutkan, Presiden Joe Biden mengumumkan pada hari Minggu bahwa ia mengundurkan diri dari pemilihan presiden 2024. Keputusan ini diambil setelah berminggu-minggu tekanan intens dari dalam partainya sendiri, yang dipicu oleh penampilan debatnya yang banyak dikritik pada akhir Juni.
Pengunduran diri Biden, yang diumumkan melalui pernyataan yang diposting di platform media sosial X (sebelumnya Twitter), telah mengguncang lanskap politik dan pasar keuangan.
Pengumuman dan Dampaknya
Pengumuman Presiden Biden merupakan momen penting dalam politik Amerika. “Saya percaya bahwa ini adalah demi kepentingan terbaik partai saya dan negara untuk saya mundur,” kata Biden. Ia menegaskan bahwa ia akan menyelesaikan masa jabatannya yang berakhir pada bulan Januari 2025 dan berencana untuk memberikan pidato kepada bangsa dalam minggu ini dengan lebih rinci.
Selain itu, Biden yang telah menginjak usia 81 tahun ini menyatakan dukungan penuh untuk Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon presiden potensial dari Partai Demokrat.
“Demokrat, saatnya kita bersatu untuk mengalahkan Trump,” seru Biden. Menanggapi, Harris menyampaikan rasa terima kasih dan tekadnya: “Saya merasa terhormat dengan dukungan Presiden Biden dan niat saya adalah untuk mendapatkan dan memenangkan nominasi ini.”
Perkembangan ini terjadi hanya beberapa minggu sebelum Konvensi Nasional Demokrat yang dijadwalkan dimulai pada 19 Agustus di Chicago. Waktu yang sangat dekat ini memperkuat diskusi tentang langkah-langkah selanjutnya partai dan kemungkinan kandidat lain yang akan maju.
Dampak Politik dan Tokoh Kunci
Keputusan Biden untuk mundur menciptakan skenario politik yang kompleks. Tekanan pada Biden untuk mundur telah meningkat, dengan Demokrat terkemuka seperti Speaker Emerita Nancy Pelosi dan Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer mendorong agar ia mundur. Aktor Hollywood George Clooney, seorang donor besar, juga menyuarakan kekhawatirannya tentang kemampuan Biden untuk menjalani masa jabatan kedua, dengan alasan penampilannya yang menurun.
Penampilan debat yang menyebabkan kekacauan politik ini memperlihatkan Biden kesulitan untuk menjaga fokus, yang hanya memperkuat keraguan yang ada tentang kesiapannya untuk memegang jabatan. Diagnosis COVID-19-nya yang diumumkan kemudian semakin memperumit situasi, yang membuatnya harus mengisolasi diri di Delaware.
Seruan dari tokoh-tokoh berpengaruh untuk mundur semakin keras, termasuk dari tokoh-tokoh penting seperti Rep. Adam Schiff dan Sen. Jon Tester, yang menyatakan keraguan tentang peluang Biden melawan Donald Trump di pemilihan umum.
Kamala Harris sebagai Unggulan dan Calon Potensial
Dengan dukungan Biden, Kamala Harris menjadi unggulan utama untuk nominasi Demokrat. Namun, lanskap politik tetap cair, dengan kandidat potensial lainnya seperti Gubernur Josh Shapiro dari Pennsylvania, Gretchen Whitmer dari Michigan, dan Gavin Newsom dari California yang dibicarakan sebagai calon potensial.
Partai Demokrat kini menghadapi tantangan untuk bersatu di sekitar kandidat baru dalam waktu singkat. Urgensi ini semakin diperkuat oleh kebutuhan untuk memenuhi tenggat waktu 7 Agustus di Ohio untuk sertifikasi tiket presiden. Kandidat baru harus dengan cepat membangun kampanye yang kuat untuk melawan Donald Trump, yang pendukungnya telah diberi energi oleh kesuksesan penggalangan dana baru-baru ini.
Reaksi Pasar dan Dampak Ekonomi
Pengunduran diri Biden dari pemilihan tidak hanya menciptakan ketidakpastian politik tetapi juga berdampak pada pasar keuangan. Investor kini menilai kembali posisi mereka mengingat kemungkinan kembalinya Trump. Reaksi awal di pasar Asia melihat dolar AS dikutip lebih rendah terhadap mata uang seperti franc Swiss dan dolar Australia.
“Dampak pertama dari pengumuman ini seharusnya adalah lebih banyak ketidakpastian, yang biasanya membuat pasar dalam mode risk-off,” kata Zachary Griffiths, kepala strategi makro dan investasi grade AS di CreditSights. Sentimen ini diungkapkan juga oleh analis lain yang mengantisipasi peningkatan volatilitas dalam beberapa minggu mendatang saat para pedagang dan investor merespons skenario politik yang berkembang.
Trump Trade dan Volatilitas Pasar
Yang disebut “Trump Trade” telah ditandai dengan dukungan untuk dolar, meningkatnya imbal hasil obligasi AS, dan keuntungan di sektor seperti perbankan, kesehatan, dan energi. Tren ini didorong oleh kebijakan Trump yang mendukung pajak rendah, tarif perdagangan tinggi, dan regulasi yang lebih longgar. Namun, dengan Harris berpotensi memimpin tiket Demokrat, pasar kini tidak yakin apakah perdagangan ini akan tetap menguntungkan.
Dave Mazza, CEO Roundhill Financial, menyoroti potensi volatilitas pasar yang berkepanjangan tergantung pada kemampuan Harris untuk menantang Trump secara efektif. “Jika Wakil Presiden Harris dapat segera mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi Trump, maka kita harus mengharapkan volatilitas yang terus berlanjut,” kata Mazza.
Obligasi, Mata Uang, dan Dampak Sektor
Dolar diharapkan menguat jika peluang Trump untuk menang meningkat, mengingat campuran kebijakan pajak rendah dan tarif tinggi yang ia dukung. Hal ini dapat mengakibatkan permintaan yang lebih tinggi untuk dolar selama periode ketidakpastian. Sebaliknya, mata uang seperti peso Meksiko dan yuan China mungkin akan menderita.
Di pasar obligasi, para pedagang kemungkinan akan terlibat dalam “steepener trade,” membeli surat utang dengan jatuh tempo yang lebih pendek dan menjual yang berjangka panjang, dengan antisipasi inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi di bawah pemerintahan Trump. Obligasi high-yield AS juga melihat peningkatan arus masuk, memposisikan diri untuk kemenangan Trump yang potensial.
Utang Nasional Amerika Serikat Mendekati $35 Triliun (120% dari PDB)
Sektor-sektor yang diperkirakan akan mendapat manfaat dari kebijakan Trump termasuk asuransi kesehatan, bank, dan penambang Bitcoin. Di sisi lain, saham energi terbarukan dan saham ganja, yang telah berkembang di bawah pemerintahan Biden, mungkin menghadapi tantangan jika Trump menang.
Kesimpulan
Keputusan Presiden Biden untuk mundur dari pemilihan presiden 2024 telah memicu serangkaian peristiwa yang akan membentuk lanskap politik dan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang. Saat Wakil Presiden Kamala Harris maju sebagai calon utama dari Partai Demokrat, partai harus segera bersatu dan bersiap untuk pemilihan yang sangat kompetitif melawan Donald Trump. Sementara itu, pasar keuangan akan terus bereaksi terhadap skenario yang berkembang, dengan volatilitas yang meningkat saat investor menavigasi perubahan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.