Prospek saham bank besar di bursa efek Indonesia (BEI), seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI, diprediksi masih memiliki potensi keuntungan besar pada tahun 2025. Meskipun belakangan ini mengalami tekanan akibat aksi jual masif oleh investor asing, fundamental yang kuat menjadi penopang optimisme pasar terhadap sektor perbankan ini.
Potensi Profit Hingga 51 Persen
Riset terbaru dari Verdhana, yang dirilis pada 15 Desember 2024, memperkirakan saham-saham bank besar di BEI masih mampu memberikan cuan hingga 51 persen pada tahun depan. Meskipun tantangan ekonomi makro, seperti ketatnya likuiditas dan ancaman pelambatan ekonomi, terus membayangi, prospek laba bersih yang lebih tinggi menjadi alasan utama di balik optimisme ini.
Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) bank besar, yang mencapai 88 persen, menunjukkan ketatnya likuiditas. Namun, tantangan ini dianggap tidak terlalu signifikan karena bank-bank kecil diperkirakan tidak mampu memberikan tekanan kompetitif besar terhadap bank besar. Hal ini memberikan peluang bagi bank besar untuk tetap fokus pada pertumbuhan kredit berkualitas.
Stabilitas NIM dan Biaya Kredit
Menurut Verdhana, stabilitas Net Interest Margin (NIM) menjadi faktor kunci dalam menjaga profitabilitas bank besar. Meskipun pertumbuhan kredit pada 2025 diproyeksikan melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya, stabilitas biaya kredit menjadi salah satu indikator positif bagi laba bersih bank besar.
Sebagai contoh, Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA) mencatat pertumbuhan kredit yang telah melampaui rata-rata industri pada Oktober 2024. Dengan pencapaian ini, bank-bank tersebut diproyeksikan tetap mampu mencetak laba bersih yang signifikan meski kondisi makroekonomi menantang.
Rekomendasi Saham Bank di BEI dan Target Harga
Dalam laporannya, Verdhana memberikan rekomendasi beli untuk beberapa saham bank besar di BEI dengan target harga yang mencerminkan potensi kenaikan signifikan:
1. Bank Central Asia (BBCA)
- Target Harga: Rp13.200
- Potensi Kenaikan: 31% dari harga terakhir Rp10.050
- Valuasi: PBV 5,4 kali dan PER 26,9 kali
- Risiko: Pelambatan ekonomi, likuiditas yang ketat, serta potensi kenaikan biaya kredit dan operasional.
2. Bank Mandiri (BMRI)
- Target Harga: Rp8.450
- Potensi Kenaikan: 40% dari harga terakhir
- Valuasi: PBV 2,5 kali dan PER 12,4 kali
3. Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
- Target Harga: Rp6.300
- Potensi Kenaikan: 51% dari harga terakhir
- Valuasi: PBV 2,9 kali dan PER 14,8 kali
4. Bank Negara Indonesia (BBNI)
- Target Harga: Rp6.600
- Potensi Kenaikan: 39% dari harga terakhir
- Valuasi: PBV 1,4 kali dan PER 10,7 kali
Prospek Positif dari OJK
Optimisme terhadap sektor perbankan juga didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam survei Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) triwulan IV-2024, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) mencatat angka 66, menunjukkan ekspektasi yang positif terhadap pertumbuhan sektor ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai pertumbuhan ekonomi domestik yang stabil dan kemungkinan penurunan BI-Rate menjadi katalis positif. Selain itu, belanja pemerintah dalam rangka Pilkada serentak pada November 2024 memberikan dampak ekonomi tambahan yang signifikan, terutama melalui peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas ekonomi lokal.
Selain itu, Indeks Persepsi Risiko (IPR) yang berada di level 55 menunjukkan bahwa risiko kredit dan pasar masih terkendali. Penurunan biaya dana (cost of funds) dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga diprediksi akan mendukung stabilitas likuiditas dan peningkatan kualitas kredit pada 2025.
Penutup
Prospek saham bank besar di bursa efek Indonesia (BEI), seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI, relatif menjanjikan pada 2025 dan tetap menjadi pilihan investasi. Dengan stabilitas NIM, pengelolaan risiko yang baik, dan dukungan optimisme makroekonomi, saham-saham di sektor perbankan ini menawarkan peluang pertumbuhan yang menarik bagi investor.Â
Namun, pelambatan ekonomi dan perubahan likuiditas tetap menjadi risiko utama yang perlu dipertimbangkan. Bagi investor, memahami faktor fundamental dan memantau perkembangan ekonomi akan menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi keuntungan dari sektor ini di masa mendatang.