Dalam era digital yang terus berkembang, Yanis Varoufakis, seorang ekonom terkemuka, mengemukakan konsep baru yang menarik perhatian banyak orang, yaitu technofeudalism.
Dalam saluran YouTube Channel 4 News, Varoufakis membahas bagaimana technofeudalism memengaruhi kapitalisme dan masyarakat secara keseluruhan. Artikel ini akan mengupas poin-poin penting dari pembahasan Varoufakis dan menjelaskan secara rinci serta mudah dipahami mengenai implikasi dari konsep tersebut.
Konsep Technofeudalism
Technofeudalism, menurut Varoufakis, adalah hasil dari kemenangan kapitalisme. Dalam sistem ini, perusahaan teknologi besar seperti Amazon dan Alibaba menjadi penguasa baru yang mengenakan biaya sewa tanpa menghasilkan sesuatu yang nyata. Mereka menguasai ‘cloud capital’, yang merupakan bentuk baru dari tanah digital.
Dalam konteks ini, perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi memproduksi barang nyata, tetapi menciptakan nilai dari data dan aktivitas digital yang dihasilkan oleh pengguna mereka. Varoufakis menekankan bahwa Eropa, termasuk Inggris, menjadi tidak relevan dalam era baru ini yang didominasi oleh raksasa teknologi dari Amerika Serikat dan Tiongkok.
Transformasi dari Kapitalisme menjadi Technofeudalism
Dalam kapitalisme tradisional, tenaga kerja dibayar dengan upah. Namun, dalam technofeudalism, modal dihasilkan dan direproduksi oleh individu yang tidak dibayar sebagai buruh upahan. Misalnya, ketika kita menggunakan platform seperti Amazon atau Google Maps, kita berkontribusi pada modal perusahaan tersebut melalui tindakan seperti memposting ulasan atau menyediakan data, tanpa menerima kompensasi finansial.
Meskipun partisipasi ini sukarela, Varoufakis berargumen bahwa ini tetap merupakan kerja yang berkontribusi pada stok modal perusahaan-perusahaan tersebut. Pergeseran ini dari buruh upahan ke buruh tidak dibayar memiliki implikasi makroekonomi yang signifikan, mengurangi permintaan agregat dan memaksa bank sentral untuk mencetak lebih banyak uang untuk mempertahankan sistem.
Kebingungan Bank Sentral dan Erosi Otonomi
Di tengah pergeseran ini, bank sentral mengalami kebingungan dalam menangani inflasi dan mempertahankan permintaan agregat. Mereka tidak yakin apakah harus menaikkan suku bunga untuk memerangi kenaikan harga atau menghindari penurunan permintaan agregat.
Selain itu, Varoufakis menyoroti erosi otonomi dan individualitas di era media sosial, serta dampaknya pada pasar tenaga kerja. Dia berpendapat bahwa kapitalisme sedang berubah, dengan pasar digantikan oleh platform digital dan keuntungan digantikan oleh sewa. Hal ini menandai pergeseran besar dari kapitalisme tradisional ke era technofeudalism.
Dampak Globalisasi dan Kebangkitan Perusahaan Teknologi Besar
Globalisasi memiliki dampak besar pada kapitalisme dan kebangkitan perusahaan teknologi besar. Varoufakis menekankan bahwa perusahaan seperti Tesla, yang berbasis data dan memiliki akses ke ‘cloud capital’, mewakili bentuk baru kapitalisme. Sebaliknya, perusahaan mobil tradisional seperti Volkswagen tidak memiliki akses ke modal ini dan menderita akibatnya.
Dia menolak ide demokrasi sosial sebagai solusi dan mengusulkan model demokrasi pemegang saham, di mana setiap karyawan menerima saham di perusahaan mereka bekerja dan dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Varoufakis memberikan contoh perusahaan sukses di Washington State yang beroperasi dengan prinsip ini dan menunjukkan bahwa sistem ini dapat diterima oleh masyarakat luas.
Pengalaman dengan Pengambilan Keputusan Horizontal dan Krisis Keuangan Yunani
Pengalaman Varoufakis dengan pengambilan keputusan horizontal di sebuah perusahaan menunjukkan bahwa partisipasi aktif dan pengambilan keputusan yang berinformasi bisa lebih efektif daripada sistem manajemen top-down. Dia juga membicarakan pengalamannya sebagai Menteri Keuangan Yunani selama krisis keuangan negara tersebut pada tahun 2015.
Varoufakis menjelaskan bahwa dia dipilih karena memperingatkan pemerintah tentang kebangkrutan Yunani dan dampak merusak dari langkah-langkah penghematan. Pengalamannya menunjukkan contoh nyata dari demokrasi yang bekerja, meskipun menghadapi oposisi dari media dan kekuatan lain.
Refleksi atas Kegagalan dalam Politik Elektoral dan AI dalam Technofeudalism
Varoufakis merefleksikan kegagalan gerakannya dalam politik elektoral. Pada tahun 2015, mereka berhasil meyakinkan 62% populasi untuk bangkit melawan sistem dan percaya pada kemampuan mereka untuk membebaskan diri dari hutang.
Namun, mereka gagal memenuhi janji-janji mereka, yang mengakibatkan kekecewaan pemilih. Varoufakis skeptis terhadap pemimpin Partai Buruh saat ini, Keir Starmer, yang menurutnya kurang kredibilitas dan tidak akan mampu memenuhi janji-janji mereka.
Di bagian akhir video, Varoufakis membahas dampak kecerdasan buatan (AI) pada technofeudalism. Dia menjelaskan bahwa AI hanya mempercepat technofeudalism alih-alih menghilangkannya. Misalnya, dalam konteks aplikasi berbagi tumpangan seperti Uber atau Lyft, AI digunakan untuk mengeksploitasi individu. Varoufakis mengusulkan visi alternatif di mana individu memiliki identitas digital mereka sendiri dan dapat memilih penyedia layanan berdasarkan kebutuhan dan preferensi mereka.
Dia menekankan perlunya mendemokratisasi tempat kerja dan mengusulkan agar bank sentral menyediakan akun digital gratis bagi semua orang, yang akan merevolusi dunia tempat kita hidup.
Kesimpulan
Konsep technofeudalism yang diuraikan oleh Yanis Varoufakis memberikan pandangan baru tentang bagaimana kapitalisme telah berubah dalam era digital. Dominasi perusahaan teknologi besar dan pergeseran dari buruh upahan ke buruh tidak dibayar menandai transformasi besar dalam sistem ekonomi kita.
Varoufakis menekankan perlunya mendemokratisasi tempat kerja dan mengusulkan solusi radikal seperti menyediakan akun digital gratis bagi semua orang untuk merevolusi masyarakat. Dengan memahami technofeudalism, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan dan peluang yang muncul di era digital ini.