Ekonomi perilaku, atau behavioral economics, menggabungkan unsur-unsur ekonomi dan psikologi untuk memahami bagaimana dan mengapa orang bertindak sesuai dengan yang mereka lakukan dalam kehidupan nyata.
Ini berbeda dari ekonomi neoklasik, yang mengasumsikan bahwa sebagian besar orang memiliki preferensi yang terdefinisi dengan baik dan membuat keputusan yang berbasis pada preferensi itu dengan rasional dan berkepentingan diri sendiri.
Dibentuk oleh karya-karya penting sarjana University of Chicago dan pemenang Nobel Richard Thaler, ekonomi perilaku memeriksa perbedaan antara apa yang seharusnya orang lakukan dan apa yang sebenarnya mereka lakukan, serta konsekuensi dari tindakan tersebut.
Memahami Apa Itu Behavioral Economics
Menurut ekonom neoklasik, ekonomi perilaku didasarkan pada observasi empiris perilaku manusia, yang telah menunjukkan bahwa orang tidak selalu membuat keputusan yang “rasional” atau “optimal”, bahkan jika mereka memiliki informasi dan alat yang tersedia untuk melakukannya.
Contohnya, mengapa orang sering kali menghindari atau menunda berinvestasi di rencana pensiun atau berolahraga, meskipun mereka tahu bahwa hal-hal tersebut akan memberi manfaat pada mereka? Dan mengapa penjudi sering kali mempertaruhkan lebih banyak setelah menang atau kalah, meskipun peluang tetap sama, terlepas dari “streak”?
Dengan mengajukan pertanyaan seperti ini dan mencari jawabannya melalui eksperimen, bidang behavioral economics memandang orang sebagai manusia yang dipengaruhi oleh emosi dan impulsivitas, dan yang terpengaruh oleh lingkungan dan keadaan mereka.
Ini berbeda dengan model ekonomi tradisional yang memperlakukan orang sebagai aktor rasional yang memiliki kendali diri yang sempurna dan tidak pernah kehilangan fokus pada tujuan jangka panjang.
Beberapa prinsip telah muncul dari penelitian behavioral economics yang telah membantu para ekonom memahami perilaku ekonomi manusia lebih baik. Dari prinsip-prinsip ini, pemerintah dan bisnis telah mengembangkan kerangka kebijakan untuk mendorong orang membuat pilihan tertentu.
Asal-Usul Penelitian Ekonomi Perilaku
Ekonomi perilaku telah berkembang sejak tahun 1980-an, tetapi memiliki sejarah yang panjang. Menurut Thaler, beberapa ide penting dalam bidang ini dapat ditelusuri kembali ke ekonom Skotlandia abad ke-18, Adam Smith.
Smith sering diingat karena konsep “tangan tak terlihat (invisible hand)” yang memandu ekonomi secara keseluruhan menuju kemakmuran jika setiap individu membuat keputusan berdasarkan kepentingan diri sendiri – sebuah konsep kunci dalam ekonomi klasik dan neoklasik.
Namun, Smith juga menyadari bahwa orang sering kali terlalu percaya diri (overconfidence) dengan kemampuan mereka sendiri, lebih takut kehilangan (loss aversion) daripada ingin menang (eager to win), dan lebih cenderung mencari manfaat jangka pendek daripada jangka panjang.
Ide-ide ini (overconfidence, loss aversion, dan self-control) adalah konsep-konsep dasar dalam behavioral economics saat ini.
Yang lebih terkini, ekonomi perilaku memiliki akar awal dalam karya psikolog Amos Tversky dan Daniel Kahneman tentang ketidakpastian dan risiko.
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, Tversky dan Kahneman mengidentifikasi beberapa bias konsisten dalam cara orang membuat penilaian. Mereka menemukan bahwa orang sering kali mengandalkan informasi yang mudah diingat, bukan data aktual, saat mengevaluasi kemungkinan hasil tertentu. Ini merupakan sebuah konsep yang dikenal sebagai “heuristik ketersediaan (availability heuristic).”
Sebagai contoh, orang mungkin berpikir serangan hiu atau beruang adalah penyebab kematian umum jika mereka pernah membaca tentang serangan semacam itu, tetapi kejadian-kejadian tersebut sebenarnya sangat jarang terjadi.
Dengan “teori prospek (prospect theory),” Tversky dan Kahneman juga menunjukkan bahwa framing dan loss aversion memengaruhi pilihan orang.
Sebagai contoh, jika diberi kesempatan untuk memenangkan $250 dengan jaminan atau berjudi dengan peluang 25% memenangkan $1,000 dan peluang 75% tidak memenangkan apa-apa, sebagian besar orang akan memilih kemenangan pasti.
Tetapi jika diberi kesempatan untuk kehilangan $750 dengan jaminan atau peluang 75% kehilangan $1,000 dan peluang 25% tidak kehilangan apa-apa, sebagian besar orang akan mengambil risiko kehilangan $1,000. Mereka berharap pada kemungkinan kecil bahwa mereka sama sekali tidak kehilangan apa-apa.
Contoh klasik ini menunjukkan bahwa orang lebih bersedia mengambil risiko statistik yang lebih besar jika itu berarti menghindari kerugian $1,000 daripada mendapatkan kemenangan $1,000, yang bertentangan dengan teori utilitas yang diharapkan. Teori prospek dan karya lain oleh Tversky dan Kahneman terus membentuk banyak bidang penelitian behavioral economics saat ini.
Peran Richard Thaler dan Ekonom Perilaku di University of Chicago dalam Pengembangan Bidang Ini
Pada tahun 1980-an, Richard Thaler mulai membangun atas karya Tversky dan Kahneman, dengan siapa dia bekerja sama secara ekstensif. Saat ini, ia dianggap sebagai pendiri ekonomi perilaku dan Profesor Layanan Distingsi Charles R. Walgreen dalam Ilmu Perilaku dan Ekonomi di Booth School of Business.
Penelitian Thaler dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang membimbing pengambilan keputusan ekonomi individu mendapatkan Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi pada 2017.
Ide-idenya sebagian besar berasal dari serangkaian pengamatan yang dia lakukan di sekolah pascasarjana yang membuatnya percaya bahwa perilaku orang cenderung menyimpang dari model-model ekonomi tradisional dengan cara yang dapat diprediksi.
Sebagai contoh, Thaler mencatat bahwa dia dan seorang teman bersedia melewatkan perjalanan ke acara olahraga akibat badai salju karena mereka telah diberi tiket gratis. Tetapi jika mereka membeli tiket itu sendiri, mereka akan lebih cenderung pergi, meskipun tiket itu akan dinilai dengan harga yang sama, dan bahaya mengemudi di badai salju tetap tidak berubah.
Ini adalah contoh dari “kesalahan biaya terbenam (sunk-cost fallacy)” – gagasan bahwa orang kurang bersedia menghentikan proyek yang mereka investasikan secara pribadi, meskipun itu berarti risiko lebih besar.
Thaler juga dikenal karena mempopulerkan konsep “pendorong (nudge)”, sebuah perangkat konseptual untuk membimbing orang membuat keputusan yang lebih baik.
“Nudge” memanfaatkan psikologi manusia dan sejumlah konsep lain dalam behavioral economics, termasuk mental accounting – gagasan bahwa orang memperlakukan uang dengan cara yang berbeda berdasarkan konteks.
Sebagai contoh, orang lebih bersedia mengemudi ke kota lain untuk menghemat $10 pada pembelian $20 daripada $10 pada pembelian $1,000, meskipun usaha yang dikeluarkan dan jumlah uang yang diselamatkan akan sama.
Thaler dan ekonom UChicago lainnya – termasuk Leonardo Bursztyn, Josh Dean, Nicholas Epley, Austan Goolsbee, Alex Imas, John List, Susan Mayer, Sendhil Mullainathan, Devin Pope, Rebecca Dizon Ross, dan Heather Sarsons – terus melakukan penelitian empiris, termasuk eksperimen lapangan, yang menjelajahi ekonomi perilaku dari berbagai sudut pandang.
Apa Itu “Nudge” dalam Behavioral Economics?
Dalam ekonomi perilaku, “pendorong atau nudge” adalah cara untuk memanipulasi pilihan orang untuk membimbing mereka membuat keputusan tertentu.
Sebagai contoh, menempatkan buah-buahan sejajar dengan mata atau dekat kasir di kantin sekolah adalah contoh “nudge” untuk membuat siswa memilih opsi makanan yang lebih sehat.
Aspek penting dari nudge adalah bahwa mereka tidak bersifat memaksa: Melarang junk food sama sekali tidak termasuk nudge, begitu juga pemberian hukuman terhadap orang yang memilih pilihan tidak sehat.
Ide-ide Thaler tentang nudge menjadi populer dalam bukunya tahun 2008 bersama sarjana hukum UChicago, Cass Sunstein, yang berjudul “Nudge: Improving Decisions about Health, Wealth, and Happiness.”
Bisnis dan pemerintah, termasuk pemerintah AS di bawah Presiden Barack Obama, telah mengadaptasi ide-ide Thaler dan Sunstein tentang nudge ke dalam kebijakan.
Sebagai contoh, mengotomatisasi pendaftaran karyawan dalam rencana pensiun 401k tanpa memberi mereka kesempatan untuk bergabung adalah contoh nudge untuk mendorong tabungan pensiun yang lebih baik dan konsisten.
Salah satu nudge lainnya adalah membuat donor organ sebagai praktik standar, dengan meminta orang yang mendaftar untuk mendapatkan izin untuk menunjukkan apakah mereka bersedia atau tidak bersedia mendonorkan organ mereka.
Istilah formal yang Thaler dan Sunstein gunakan untuk menjelaskan situasi yang dirancang sekitar pendorong adalah “paternalisme libertarian” – libertarian karena itu mempertahankan pilihan, tetapi paternalistik karena itu mendorong perilaku tertentu.
Dalam kata-kata Thaler: “Jika Anda ingin orang melakukan sesuatu, buatlah itu mudah.”
Panduan untuk Istilah-istilah dalam Ekonomi Perilaku
- Heuristik Ketersediaan (availability heuristic): Merujuk pada gagasan bahwa orang sering kali mengandalkan informasi yang mudah diingat, bukan data aktual, saat mengevaluasi kemungkinan hasil tertentu.
- Rasionalitas Terbatas (Bounded rationality): Mengacu pada fakta bahwa orang memiliki kemampuan kognitif, informasi, dan waktu yang terbatas, dan tidak selalu membuat pilihan yang “benar” menurut sudut pandang ekonom, bahkan jika informasi tersedia yang akan menunjukkan mereka ke arah tindakan tertentu.
- Kepentingan Diri Terbatas (Bounded self-interest): Ide bahwa orang sering bersedia memilih hasil yang kurang optimal bagi diri mereka sendiri jika itu berarti mereka dapat mendukung orang lain.
- Kendali Diri Terbatas (Bounded willpower): Menangkap gagasan bahwa meskipun memiliki pemahaman tentang pilihan yang optimal, orang sering kali masih memilih apa pun yang memberikan manfaat jangka pendek terbesar daripada kemajuan bertahap menuju tujuan jangka panjang.
- Takut Rugi (Loss aversion): Ide bahwa orang lebih takut akan kerugian daripada bersemangat untuk meraih keuntungan.
- Teori Prospek (Prospect theory): Mengacu pada serangkaian pengamatan empiris yang dilakukan oleh Kahneman dan Tversky pada tahun 1979, di mana mereka menanyakan orang tentang bagaimana mereka akan merespons situasi hipotetis tertentu yang melibatkan kemenangan dan kerugian, memungkinkan mereka untuk menggambarkan perilaku ekonomi manusia. Ketakutan kerugian adalah kunci dalam teori ini.
- Kesesatan Memahami Biaya Terbenam (sunk-cost fallacy): Ide bahwa orang akan terus berinvestasi dalam proyek yang rugi hanya karena mereka sudah banyak berinvestasi, meskipun itu berarti risiko kerugian lebih banyak.
- Akuntansi Mental (Mental accounting): Ide bahwa orang berpikir tentang uang secara berbeda tergantung pada keadaannya. Sebagai contoh, jika harga bahan bakar turun, mereka mungkin mulai membeli bahan bakar premium, yang pada akhirnya membuat mereka menghabiskan jumlah yang sama, daripada memanfaatkan penghematan yang ditawarkan oleh harga yang lebih rendah.
Kesimpulan: Key Takeaways
Ekonomi perilaku adalah ilmu yang menggabungkan ekonomi dan psikologi untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dari pandangan ekonomi neoklasik yang menganggap orang membuat keputusan rasional berdasarkan preferensi yang jelas, ekonomi perilaku melihat bahwa orang tidak selalu bertindak secara optimal.
Pendekatan ini berasal dari penelitian Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada 1970-an tentang ketidakpastian dan risiko. Mereka menemukan bahwa orang sering membuat keputusan irasional karena dipengaruhi oleh emosi, lingkungan, dan situasi.
Salah satu konsep utama dalam ekonomi perilaku adalah “nudge” atau pendorong, yang merupakan cara halus untuk membimbing orang membuat keputusan yang lebih baik tanpa memaksa mereka. Misalnya, meletakkan buah di tempat yang mudah dilihat di kantin sekolah adalah contoh nudge untuk mendorong pilihan makanan sehat.
Richard Thaler, seorang ahli ekonomi, adalah tokoh kunci dalam pengembangan ekonomi perilaku. Ide-idenya membantu pemerintah dan bisnis membuat kebijakan yang mengarahkan orang pada pilihan yang lebih baik. Sebagai contoh, mengotomatisasi pendaftaran rencana pensiun adalah nudge untuk meningkatkan tabungan pensiun.
Inti dari ekonomi perilaku adalah pemahaman bahwa orang tidak selalu bertindak sesuai dengan logika ekonomi tradisional. Dengan memahami pola perilaku manusia, ekonomi perilaku membantu menciptakan kebijakan yang lebih efektif dan ramah manusia.
Sumber: uchichago