PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), bank yang berfokus pada layanan perbankan syariah untuk segmen usaha mikro di Indonesia, mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 23,22% pada Kuartal III tahun 2024. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (IDX) pada Jumat, 25 Oktober 2024, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp770,56 miliar. Angka ini turun signifikan dari Rp1 triliun yang diperoleh pada Kuartal III 2023.
Lalu, kenapa laba BTPS turun? Mari kita cermati lebih lanjut beberapa faktor yang memengaruhi kinerja keuangan perusahaan ini.
Kenapa Laba BTPS Turun?
Beberapa faktor utama yang menyebabkan penurunan laba BTPS antara lain adalah:
- Peningkatan Beban Operasional: BTPS harus menanggung kenaikan beban operasional yang meningkat sebesar 1,84% pada tahun 2024. Hal ini dipengaruhi oleh biaya-biaya yang meningkat, baik karena inflasi maupun biaya operasional lainnya dalam menjaga jaringan pembiayaan mikro yang cukup luas.
- Penurunan Pendapatan Operasional: Pendapatan operasional bersih menurun hingga sekitar 23%, dari Rp1,28 triliun pada Kuartal III 2023 menjadi Rp979,40 miliar pada Kuartal III 2024. Penurunan ini mencerminkan tantangan dalam mempertahankan profit margin, terutama dengan kondisi ekonomi yang mungkin masih dalam tahap pemulihan pasca-pandemi.
- Dampak Eksternal: Kinerja BTPS juga dapat dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi yang terjadi secara global dan regional, serta ketidakpastian pasar yang dapat memengaruhi kemampuan bank dalam menarik nasabah baru atau meningkatkan volume pembiayaan.
Penurunan Pendapatan BTPS dan Kenaikan Beban Operasional
BTPS mencatatkan penurunan total pendapatan sebesar 5,58%, dari Rp4,3 triliun pada periode Januari hingga September 2023 menjadi Rp4,06 triliun pada periode yang sama di 2024. Penurunan pendapatan ini diiringi oleh kenaikan total beban operasional yang mencapai Rp2,76 triliun pada September 2024, naik 1,84% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Faktor kenaikan beban operasional ini turut berdampak pada penurunan laba bersih BTPS.
Selain itu, pendapatan operasional bersih BTPS menurun drastis dari Rp1,28 triliun di Kuartal III 2023 menjadi Rp979,40 miliar pada Kuartal III 2024. Penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh tantangan ekonomi makro dan persaingan yang ketat dalam sektor perbankan syariah, terutama pada segmen mikro yang menjadi fokus utama BTPS.
Kinerja BTPS dari Perspektif Liabilitas dan Ekuitas
Di sisi liabilitas, BTPS menunjukkan perbaikan dengan penurunan jumlah liabilitas dari Rp2,73 triliun pada akhir Desember 2023 menjadi Rp2,60 triliun pada akhir September 2024. Pengurangan liabilitas ini bisa menunjukkan upaya BTPS untuk mengoptimalkan struktur modalnya di tengah tekanan yang ada.
Namun, meskipun laba turun, ekuitas BTPS justru mengalami peningkatan. Ekuitas perusahaan melejit dari Rp8,77 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp9 triliun pada akhir September 2024. Peningkatan ekuitas ini menunjukkan bahwa BTPS masih memiliki ketahanan keuangan yang cukup kuat dan mampu mempertahankan nilai perusahaan meskipun laba bersih mengalami penurunan.
BTPS Bergerak di Bidang Apa dan Berada di Sektor Apa?
Sebagai bank yang beroperasi di sektor perbankan syariah, BTPS memiliki model bisnis yang unik dengan fokus utama pada pembiayaan syariah bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan tradisional, khususnya di daerah pedesaan. BTPS juga merupakan anak perusahaan dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN), serta bagian dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Group. Bank ini bertujuan untuk mendukung pemberdayaan ekonomi mikro dengan memberikan akses pendanaan berbasis syariah.
Sebagai bank syariah yang melayani segmen mikro, BTPS tidak hanya menyediakan layanan simpanan dan pembiayaan tetapi juga program pendampingan yang bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan bagi nasabahnya. Dengan pendekatan ini, BTPS berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Harga IPO BTPS dan Perkembangan Saham
BTPS resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 25 April 2018 dengan harga IPO sebesar Rp975 per lembar saham. Sejak saat itu, saham BTPS telah menarik perhatian banyak investor karena model bisnisnya yang unik dan fokus pada segmen mikro. Saham BTPS bergerak di bidang layanan perbankan syariah, khususnya pada pembiayaan mikro bagi masyarakat dengan keterbatasan akses ke layanan perbankan konvensional.
Prospek BTPS di Masa Mendatang
Sebagai bank syariah yang memiliki spesialisasi dalam pembiayaan mikro, BTPS berpotensi untuk tetap tumbuh di masa mendatang seiring dengan peningkatan inklusi keuangan di Indonesia. Pemerintah Indonesia juga terus mendorong pertumbuhan sektor perbankan syariah, yang bisa menjadi katalis positif bagi BTPS dalam mengembangkan layanannya. Namun, BTPS juga harus mampu menjaga efisiensi operasional untuk mengatasi tantangan biaya yang meningkat, serta mempertahankan portofolio pembiayaan yang sehat.
Kesimpulan
Penurunan laba bersih BTPS sebesar 23,22% menjadi Rp770,56 miliar pada Kuartal III 2024 menunjukkan adanya tantangan yang dihadapi oleh perusahaan, terutama dalam hal pengelolaan beban operasional dan pendapatan. Meskipun demikian, penurunan liabilitas dan peningkatan ekuitas menjadi indikasi bahwa BTPS memiliki pondasi yang kuat untuk menghadapi kondisi pasar yang dinamis. Dengan harga IPO BTPS yang terjangkau dan model bisnis yang berbeda, BTPS memiliki potensi untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu bank syariah terkemuka di Indonesia.