• Latest
Kebohongan dan Ilusi Sistem Meritokrasi, Gagal Mengatasi Kesenjangan

Kebohongan dan Ilusi Sistem Meritokrasi, Gagal Mengatasi Kesenjangan

01/08/2024
ADVERTISEMENT
Pasar Pasang Surut, Presale Solaxy Mampu Dekati $20 Juta

Presale Solaxy Capai $38 Juta, Kurang dari Sebulan Sebelum Ditutup

22/05/2025
dividen PTBA di 2025

Dividen Saham PTBA di 2025: Yield & Jadwal

15/05/2025
Dividen Saham Telkom (TLKM) di 2025: Jadwal dan Yield

Dividen Saham Telkom (TLKM) di 2025: Jadwal dan Yield

15/05/2025
paud adalah investasi terbaik

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Investasi Terbaik untuk Jangka Panjang

30/04/2025
ilustrasi prospek saham bbtn cerah

Banjir Sentimen Positif, Prospek Saham BBTN Cerah di 2025

28/04/2025
Harga Saham Tesla Hari Ini: Profil, Prospek, & Prediksi

Pendapatan & Laba Tesla di Q1 2025 Anjlok, Ini Penyebabnya!

23/04/2025
gambar emas atau gold

Harga Emas Antam Tembus Rp2 Juta per Gram, Ini Penyebabnya

23/04/2025
Modus Penipuan Atas Nama Pegawai Pajak Lewat WhatsApp, Telepon, atau SMS, Waspada!

Modus Penipuan Atas Nama Pegawai Pajak Lewat WhatsApp, Telepon, atau SMS, Waspada!

08/04/2025
Tokocrypto Peringkat Ke-1 di Indonesia, Kalahkan Pintu, Indodax, dan Exchange Lokal Lainnya

Tokocrypto Peringkat Ke-1 di Indonesia, Kalahkan Pintu, Indodax, dan Exchange Lokal Lainnya

22/03/2025
ilustrasi emas sebagai produk bullion bank

Bank Emas (Bullion) di Indonesia: Peran, Peluang, & Tantangan

27/02/2025
website IDX untuk cari data emiten dan saham di BEI

Daftar Emiten di 12 Sektor di BEI (Klasifikasi IDX-IC)

27/02/2025
ilustrasi Danantara

Kejanggalan Investasi Telkomsel di GoTo, Danantara Jadi Korban Berikutnya?

25/02/2025
ADVERTISEMENT
Moneynesia
Saturday, May 31, 2025
No Result
View All Result
  • Berita
  • Markets
    • Saham
      • Saham AS
      • Rasio Keuangan
    • Forex
    • Komoditas
    • Energi
    • Derivatif
    • Crypto
    • Currency
  • Finansial
  • Personal Finance
    • Investasi
    • Trading
      • Analisis Teknikal
      • Candlestick Patterns
      • Chart Patterns
    • Gaji
    • Asuransi
    • Kredit
    • Koperasi
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Banking
    • Teknologi
    • Internasional
    • Syariah
    • Lifestyle
    • Politik
    • Football
Moneynesia
No Result
View All Result

Kebohongan dan Ilusi Sistem Meritokrasi, Gagal Mengatasi Kesenjangan

Kebohongan dan Ilusi Sistem Meritokrasi, Gagal Mengatasi Kesenjangan

Meritokrasi Tidak Lebih dari Sebuah Ilusi dan Kebohongan

Redaksi by Redaksi
01/08/2024
in Ekonomi, Finansial, Politik
0
Share on FacebookShare on Twitter

Dalam dunia yang semakin kompetitif, konsep meritokrasi sering diandalkan sebagai pembenaran bagi ketidaksetaraan yang ada. Meritokrasi menjanjikan bahwa setiap orang, terlepas dari latar belakang mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk sukses jika mereka cukup berbakat dan bekerja keras.

Namun, dalam video YouTube berjudul “Why meritocracy is a LIE… (it’s way worse than people realize)“, Andres Acevedo mengungkap kebohongan di balik mitos ini dan bagaimana sistem ini gagal memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang.

Artikel ini akan mengupas lebih dalam argumen Acevedo, didukung oleh hasil penelitian, dan menjelaskan mengapa meritokrasi sering kali hanya menjadi ilusi yang memperkuat kesenjangan yang ada.

Lahirnya Meritokrasi dan Ketimpangan yang Berkembang

Meritokrasi muncul selama Zaman Pencerahan sebagai cara untuk menggantikan agama dalam membenarkan ketidaksetaraan. Ide ini menyatakan bahwa kekayaan dan kekuasaan harus diperoleh melalui bakat dan usaha, bukan melalui keturunan atau hak istimewa.

Namun, Acevedo berpendapat bahwa meskipun konsep ini tampak adil, kenyataannya tidak demikian. Kekayaan dan kekuasaan sering kali diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, menciptakan kesenjangan yang terus berkembang.

Sebagai contoh, Acevedo menyebut keluarga Skarsgård, yang memiliki beberapa anggota keluarga yang sukses sebagai aktor. Fenomena ini menunjukkan bahwa koneksi keluarga dan status sosial memiliki peran besar dalam kesuksesan seseorang, yang bertentangan dengan prinsip meritokrasi.

Fenomena “Nepo Babies” dan Mobilitas Sosial

Istilah “Nepo baby” umumnya merujuk pada anak-anak dari keluarga kaya dan berkuasa yang mewarisi privilege orang tua mereka. Acevedo menunjukkan bahwa fenomena ini adalah bukti nyata bahwa meritokrasi adalah kebohongan dan sebuah ilusi.

Penelitian tentang mobilitas sosial menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi yang tinggi, seperti Amerika Serikat, Inggris, Brasil, dan termasuk Indonesia, memiliki mobilitas sosial yang rendah.

Kurva Great Gatsby menggambarkan korelasi antara ketimpangan pendapatan dan mobilitas sosial, menunjukkan bahwa semakin tinggi ketidaksetaraan, semakin rendah mobilitas sosial. Ini berarti bahwa orang-orang dari latar belakang yang kurang beruntung memiliki peluang yang sangat kecil untuk meningkatkan status sosial mereka.

Memahami Chilean Paradox: Bisa Terjadi di Indonesia?

Persistensi Status Elite Melintasi Generasi

Penelitian membuktikan bahwa status elite bisa bertahan selama berabad-abad. Contoh yang mencolok adalah penakluk Norman di Inggris, yang nama-nama keluarganya masih mendominasi di universitas-universitas elit seperti Oxford dan Cambridge.

Studi serupa di negara-negara lain seperti China dan Swedia juga menunjukkan bahwa persistensi status elite sekitar 70-80%. Meskipun ada perubahan sosial yang signifikan selama beberapa ratus tahun terakhir, mobilitas sosial tidak meningkat secara signifikan. Ini menegaskan bahwa meritokrasi bukanlah alat yang efektif untuk mengatasi ketimpangan struktural.

Paradox Ketimpangan dan Keyakinan pada Meritokrasi

Menurut penelitian oleh Jonathan Mijs, negara-negara dengan ketimpangan yang lebih besar cenderung memiliki keyakinan yang lebih kuat pada meritokrasi. Namun, kenyataannya adalah bahwa semakin tidak setara suatu masyarakat, semakin tidak meritokratis masyarakat tersebut sebenarnya. Inilah yang disebut sebagai The Paradox of Inequality.

Meskipun demikian, orang-orang di masyarakat yang tidak setara terus percaya lebih kuat pada meritokrasi, menciptakan ilusi yang memperkuat diri sendiri. Kepercayaan ini sering dipupuk oleh cerita-cerita dari “rags to riches” yang memperlihatkan individu-individu yang berhasil menentang peluang dan mencapai kesuksesan besar. Namun, kasus-kasus ini adalah pengecualian dan tidak mewakili kenyataan bagi sebagian besar orang.

Kenapa Meritokrasi Gagal?

Meritokrasi diiklankan sebagai sistem yang memberi setiap orang kesempatan yang sama untuk berhasil. Namun, kenyataannya sangat berbeda. Sistem ini gagal mengatasi ketidaksetaraan yang sudah ada dan malah sering memperkuatnya.

Keluarga-keluarga yang sudah kaya dan berkuasa memiliki akses ke sumber daya, jaringan, dan peluang yang tidak tersedia bagi orang-orang dari latar belakang yang kurang beruntung. Dengan demikian, meritokrasi sering kali berfungsi sebagai pembenaran bagi status quo daripada alat untuk perubahan sosial yang nyata.

Dampak Kesenjangan pada Masyarakat

Ketidaksetaraan yang terus berkembang memiliki dampak yang luas pada masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi berkorelasi dengan berbagai masalah sosial, termasuk tingkat kejahatan yang lebih tinggi, kesehatan mental yang buruk, dan rendahnya kepercayaan sosial.

Masyarakat yang tidak setara juga cenderung memiliki tingkat partisipasi politik yang lebih rendah, karena orang-orang dari latar belakang yang kurang beruntung merasa bahwa suara mereka tidak dihargai. Ini menciptakan siklus ketidaksetaraan yang sulit dipatahkan, di mana kesenjangan ekonomi dan kesenjangan politik saling memperkuat satu sama lain.

10 Prinsip Ekonomi Beserta Tujuan, Manfaat, dan Contoh

Kisah “From Rags to Riches” dan Realitas yang Tidak Seimbang

Kisah-kisah “from rags to riches” memainkan peran besar dalam mempertahankan mitos meritokrasi. Contoh-contoh individu yang berhasil mencapai kesuksesan besar dari awal yang rendah sering digunakan untuk menunjukkan bahwa sistem ini berfungsi.

Namun, Acevedo menunjukkan bahwa kasus-kasus ini adalah pengecualian, bukan aturan. Sebagian besar orang menghadapi hambatan besar dalam mobilitas sosial, dan peluang untuk naik ke puncak jauh lebih terbatas daripada yang ingin kita percayai. Kisah-kisah ini memberikan harapan palsu dan mengalihkan perhatian dari masalah struktural yang lebih mendasar yang menghambat mobilitas sosial.

Reformasi yang Diperlukan untuk Meningkatkan Mobilitas Sosial

Mengakui bahwa meritokrasi adalah sebuah mitos menjadi langkah pertama menuju menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata. Reformasi yang diperlukan untuk meningkatkan mobilitas sosial mencakup peningkatan akses pendidikan, kebijakan perpajakan yang lebih adil, dan peningkatan jaring pengaman sosial.

Pendidikan harus mudah diakses secara merata oleh semua orang, terlepas dari latar belakang ekonomi mereka. Kebijakan perpajakan harus dirancang untuk mengurangi ketidaksetaraan dengan memastikan bahwa orang-orang kaya membayar bagian mereka yang adil.

Selain itu, jaring pengaman sosial yang kuat dapat membantu mengurangi dampak kesenjangan ekonomi dan memberikan dukungan bagi mereka yang membutuhkan.

Pada akhirnya, meritokrasi bukanlah sistem atau konsep yang ideal untuk memberantas ketimpangan, ini tidak lain hanyalah sebuah ilusi. Oleh karena itu, penting untuk memikirkan reformasi yang tepat dalam membangun sistem yang lebih adil dan mendukung mobilitas sosial yang sejati.

Tags: ekonomikesenjanganketimpanganmeritokrasipolitik

Related Posts

ilustrasi emas sebagai produk bullion bank
Banking

Bank Emas (Bullion) di Indonesia: Peran, Peluang, & Tantangan

27/02/2025
ilustrasi Danantara
Berita

Kejanggalan Investasi Telkomsel di GoTo, Danantara Jadi Korban Berikutnya?

25/02/2025
ilustrasi Danantara
Berita

BPI Danantara: Dari Kapitalisme Negara ke Kapitalisme Birokrat?

22/02/2025
ilustrasi #KaburAjaDulu yang viral di Indonesia
Biaya Hidup

Mengurai Fenomena #KaburAjaDulu dan Solusi Konkret

19/02/2025
ilustrasi demo terhadap oligarki
Ekonomi

Oligarki Manfaatkan Negara & Pasar Modal untuk Cetak Uang

16/02/2025
apa itu emotional spending dan cara mengatasinya
Financial Psychology

Apa Itu Emotional Spending: Penyebab & Cara Mengatasinya

24/01/2025
penyebab financial burnout dan cara mengatasinya
Financial Psychology

Financial Burnout: Penyebab, Dampak, & Cara Mengatasinya

24/01/2025
cara mencapai financial freedom
Finansial

Financial Freedom: Cara Mencapai Kebebasan Finansial

24/01/2025
Cara Memotivasi Diri agar Mau Menabung dan Berinvestasi
Financial Psychology

Cara Memotivasi Diri untuk Menabung dan Berinvestasi

24/01/2025
Cara Mengajarkan Anak tentang Uang Sejak Dini
Financial Psychology

Cara Mengajarkan Anak tentang Uang Sejak Dini

23/01/2025
Next Post
Jebakan Media Sosial: Membunuh Produktivitas dan Menciptakaan Kebiasaan Menunda-nunda (Procrastination)

Jebakan Media Sosial: Membunuh Produktivitas dan Menciptakaan Kebiasaan Menunda-nunda (Procrastination)

Please login to join discussion
ADVERTISEMENT

Recent Posts

  • Presale Solaxy Capai $38 Juta, Kurang dari Sebulan Sebelum Ditutup 22/05/2025
  • Dividen Saham PTBA di 2025: Yield & Jadwal 15/05/2025
  • Dividen Saham Telkom (TLKM) di 2025: Jadwal dan Yield 12/05/2025
  • Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Investasi Terbaik untuk Jangka Panjang 30/04/2025
  • Banjir Sentimen Positif, Prospek Saham BBTN Cerah di 2025 28/04/2025
Moneynesia

Moneynesia membantu publik untuk naik kelas dengan menanamkan mind set yang benar terkait uang, dan mendorong investor untuk berpikir logis dan lebih bijaksana dalam mengelola keuangan dan mengambil keputusan investasi.

Follow us on social media

Disclaimer

Konten yang ada di Moneynesia hanya sebagai informasi dan referensi, bukan saran investasi. Perdagangan di instrumen keuangan dan aset-aset digital selalu memiliki risiko. Sebelum berinvestasi, lakukan riset, analisis, dan pertimbangan secara menyeluruh. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada investor setelah memahami risiko dan potensi keuntungannya.

  • Home
  • About us
  • Contact us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

© 2024 Moneynesia. All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Berita
  • Markets
    • Saham
      • Saham AS
      • Rasio Keuangan
    • Forex
    • Komoditas
    • Energi
    • Derivatif
    • Crypto
    • Currency
  • Finansial
  • Personal Finance
    • Investasi
    • Trading
      • Analisis Teknikal
      • Candlestick Patterns
      • Chart Patterns
    • Gaji
    • Asuransi
    • Kredit
    • Koperasi
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Banking
    • Teknologi
    • Internasional
    • Syariah
    • Lifestyle
    • Politik
    • Football

© 2024 Moneynesia. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In