Prinsip psikologi marketing adalah konsep psikologis yang digunakan dalam pemasaran untuk memengaruhi perilaku konsumen (consumer behavior) dan pengambilan keputusan.
Berikut ini adalah beberapa prinsip utama dari psikologi pemasaran yang dapat menarik perhatian konsumen:
1. Bukti Sosial (Social Proof)
Social proof berasumsi bahwa orang lebih cenderung mengambil tindakan jika mereka melihat orang lain melakukannya. Bukti sosial dapat ditunjukkan melalui ulasan pelanggan, testimonial, atau dukungan selebriti.
Sebagai contoh: Amazon, perusahaan retail online, dengan jelas menampilkan ulasan dan peringkat pelanggan untuk produk, serta label “terlaris” dan “paling populer” untuk menciptakan bukti sosial dan memengaruhi keputusan pembelian.
2. Kelangkaan (Scarcity)
Dalam psikologi marketing, scarcity adalah gagasan bahwa sesuatu lebih berharga jika jarang atau sulit diperoleh. Penawaran waktu terbatas, promosi eksklusif, dan pesan “selama persediaan masih ada” semuanya dapat menciptakan rasa urgensi dan kelangkaan.
Sebagai contoh: Southwest Airlines, perudahaan maskapai penerbangan yang berbasis di AS, sering menawarkan penjualan tiket pesawat dalam waktu terbatas dengan iklan ” limited-time only” untuk menciptakan rasa kelangkaan dan urgensi.
3. Timbal Balik (Reciprocity)
Reciprocity adalah prinsip psikologi marketing dengan konsep bahwa orang lebih cenderung memberi kembali ketika sesuatu telah diberikan kepada mereka. Menawarkan sampel, hadiah, atau diskon gratis dapat memicu rasa kewajiban untuk membalas.
Sebagai contoh: Starbucks menawarkan program loyalitas yang memberi penghargaan kepada pelanggan dengan minuman gratis, diskon, dan fasilitas lainnya, menciptakan rasa timbal balik dan mendorong loyalitas pelanggan.
4. Otoritas (Authority)
Dalam marketing psychology principles, authority beranggapan bahwa orang-orang lebih cenderung mempercayai dan mengikuti saran dari seorang figur otoritas. Dukungan selebriti, testimonial ahli, dan sertifikasi atau penghargaan semuanya dapat menyampaikan rasa keahlian dan otoritas.
Sebagai contoh, Johnson & Johnson, perusahaan perawatan kesehatan konsumen, menggunakan dukungan dari para profesional medis untuk menyampaikan otoritas dan membangun kepercayaan dengan konsumen.
5. Penahan dan Pembingkaian (Anchoring and Framing)
Strategi ini mengacu pada persepsi orang tentang nilai dapat dipengaruhi oleh konteks di mana informasi disajikan. Menggunakan titik harga tinggi sebagai titik referensi, atau menyajikan beberapa opsi untuk menciptakan efek perbandingan, dapat memengaruhi bagaimana konsumen memandang nilai suatu produk atau layanan.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi Apple sering merilis produk baru pada titik harga tinggi dan kemudian secara bertahap menurunkan harga dari waktu ke waktu. Perusahaan menggunakan penahan (anchoring) dan pembingkaian (framing) untuk memengaruhi cara konsumen memandang value produk.
6. Emosi (Emotions)
Daya tarik emosional dapat menjadi cara yang ampuh untuk menciptakan hubungan dengan konsumen dan memotivasi mereka untuk mengambil tindakan. Iklan yang membangkitkan perasaan bahagia, takut, atau empati semuanya dapat efektif dalam mendorong perilaku konsumen.
Sebagai contoh, perusahaan Coca-Cola sering merilis iklan yang mengharukan dan membangkitkan semangat untuk menciptakan hubungan emosional dengan konsumen dan mengasosiasikan merek dengan perasaan positif.
7. Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance)
Ini merupakan perasaan tidak nyaman yang didapat orang-orang ketika mereka memegang dua keyakinan atau nilai yang saling bertentangan.
Perusahaan dapat menggunakan prinsip ini dengan mendorong pelanggan untuk membuat komitmen kecil, seperti mendaftar untuk uji coba gratis. Kemudian, perusahaan dapat memperkuat aspek positif dari komitmen tersebut untuk mengatasi keraguan atau reservasi yang mungkin mereka miliki.
Sebagai contoh, perusahaan Gym chains, seperti 24 Hour Fitness dan Gold’s Gym, sering menawarkan uji coba gratis atau jaminan uang kembali untuk mendorong konsumen membuat komitmen kecil. Ini dapat mengatasi keraguan atau reservasi yang mungkin mereka miliki tentang mendaftar keanggotaan.
Ini hanyalah beberapa contoh dari prinsip-prinsip psikologi marketing yang dapat digunakan untuk memengaruhi perilaku konsumen termasuk untuk menarik perhatian mereka.
Dengan memahami prinsip-prinsip ini dan menerapkannya ke dalam strategi pemasaran, bisnis atau perusahaan dapat membuat kampanye yang lebih efektif dan terhubung dengan konsumen dengan cara yang lebih bermakna.