Pada hari perdagangan Jumat (2/8/2024), bursa saham Jepang mengalami penurunan tajam yang belum pernah terjadi sejak tsunami tahun 2011. Indeks Topix (Tokyo Stock Price Index) mencatat depresiasi dua hari terbesar sebesar 9.2%, dengan pelemahan harian sebesar 6.1% pada hari Jumat. Sementara itu, indeks Nikker merosot lebih 5,8% hari ini.
Kontraksi signifikan pada pasar saham Jepang ini terjadi setelah Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diharapkan pada hari Rabu, diikuti oleh pesan hawkish dari Gubernur Kazuo Ueda.
Kejutan Hawkish Bank of Japan (BOJ): QT dan Kenaikan Suku Bunga
Key Takeaways:
- Penurunan Terbesar Sejak Tsunami 2011: Indeks Saham Jepang Topix turun 9.2% dalam dua hari, penurunan terbesar sejak tsunami tahun 2011. Sementara itu, indeks Nikkei juga anjlok lebih 5,8% hari ini.
- Kenaikan Suku Bunga BOJ: Keputusan Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga lebih awal dari yang diharapkan memicu aksi jual besar-besaran di bursa saham.
- Penguatan Yen: Yen menguat ke level tertinggi dalam empat bulan terhadap dolar, mempengaruhi eksportir besar seperti Honda dan menekan saham-saham sektor real estate.
- Penjualan Paksa dan Aksi Ambil Untung: Investor melakukan penjualan paksa dan mengambil untung dari saham-saham sektor keuangan yang sebelumnya berkinerja baik dengan prospek kenaikan suku bunga.
- Dampak Ekonomi Global: Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS dan China, serta perubahan prospek pendapatan perusahaan, menyebabkan investor asing menjual saham Jepang dalam jumlah besar.
- Prospek Jangka Pendek yang Bearish: Sentimen pasar berubah menjadi bearish dalam jangka pendek dengan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi internasional dan kebijakan moneter BOJ.
Latar Belakang Kejatuhan Pasar Saham Jepang
Keputusan BOJ untuk menaikkan suku bunga datang sebagai kejutan bagi banyak investor. Kiyoshi Ishigane, manajer dana utama di Mitsubishi UFJ Asset Management Co., menyatakan bahwa dia tidak mengharapkan saham akan jatuh sebesar ini, menyebut situasi ini sebagai “bencana”. Sebelumnya, pasar saham Jepang mencapai rekor tertinggi pada bulan Juli dan dianggap sebagai salah satu bursa saham dengan kinerja terbaik di dunia.
Faktor Penyebab Penurunan Pasar Saham Jepang
Penguatan Yen
Salah satu faktor utama yang mendorong penurunan indeks saham Jepang adalah penguatan yen. Yen mencapai nilai tertinggi dalam empat bulan terhadap dolar AS, yang mempengaruhi eksportir besar seperti Honda Motor Co. Penguatan yen ini membuat produk Jepang menjadi lebih mahal di pasar internasional, sehingga menurunkan daya saing mereka.
Penurunan Saham Sektor Keuangan
Selain itu, investor mengambil keuntungan dari saham-saham sektor keuangan yang sebelumnya merupakan yang berkinerja terbaik dengan prospek kenaikan suku bunga BOJ. Indeks saham yang melacak sektor perbankan turun 11%, mencerminkan aksi jual besar-besaran.
Penjualan Paksa
Andrew Jackson, kepala strategi ekuitas Jepang di Ortus Advisors Pte., menyatakan bahwa penjualan paksa berat mungkin terjadi, di mana banyak perusahaan berbasis platform memotong risiko secara agresif, menyebabkan penjualan tanpa pandang bulu di seluruh pasar.
Dampak Penguatan Yen
Penguatan yen menjadi perhatian utama pasar ekuitas. Yen mencapai 148.51 terhadap dolar pada hari Kamis, yang tertinggi sejak pertengahan Maret. Beberapa analis, seperti dari Amundi dan TD Securities, memprediksi yen bisa menguat hingga 140. Penguatan yen ini terjadi di saat pasar memperdalam taruhan pada pemotongan suku bunga AS karena kekhawatiran tentang melambatnya aktivitas ekonomi, sementara BOJ baru memulai pengetatan kebijakan.
Penjualan Saham oleh Investor Asing
Investor asing menjual saham tunai dan futures Jepang sebesar ¥1.56 triliun ($10.4 miliar) dalam minggu yang berakhir pada 26 Juli, menurut data dari Japan Exchange Group Inc. Ini menyebabkan Topix turun lebih dari 5% selama periode tersebut, penurunan terbesar dalam empat tahun terakhir.
Pengaruh Ekonomi Global
Selain faktor domestik, tanda-tanda ketegangan dalam ekonomi AS juga mempengaruhi bursa saham Jepang. Data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan klaim pengangguran di AS mencapai hampir satu tahun tertinggi dan manufaktur menyusut. Hal ini menyebabkan rotasi keluar dari saham teknologi besar, yang memperburuk penurunan di pasar Jepang. Saham teknologi, seperti Tokyo Electron Ltd. dan Screen Holdings Ltd., mencatat penurunan masing-masing sebesar 12% dan 13%.
Ryuta Otsuka, seorang ahli strategi di Toyo Securities Co., mengatakan bahwa investor asing tampaknya menjual karena prospek pendapatan perusahaan berubah seiring dengan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS dan penguatan yen. Ia menambahkan bahwa pasar telah berubah menjadi bearish dalam jangka pendek, dan tren jangka menengah saham Jepang mungkin mulai berubah karena kekhawatiran terhadap ekonomi AS dan China.
Kesimpulan
Penurunan tajam pasar saham saham Jepang dalam dua hari terakhir mencerminkan kekhawatiran yang mendalam tentang kebijakan moneter BOJ, penguatan yen, dan ketegangan ekonomi global. Tercatat indeks saham Topix anjlok lebih 6% hari ini dan total penurunan 9,2% dalam dua hari. Sementara itu, indeks Nikkei 225 juga ambruk lebih 5,8% hari ini.
Meskipun situasi ini mungkin bersifat sementara, dampaknya terhadap pasar saham Jepang cukup signifikan, menunjukkan betapa rapuhnya sentimen pasar terhadap perubahan kebijakan dan kondisi ekonomi internasional. Bagi investor, penting untuk memantau perkembangan bursa saham Jepang dan menilai kembali strategi investasi mereka di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung.