PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sedang mempersiapkan skema Kredit Pembelian Rumah (KPR) dengan tenor hingga 30 tahun. Langkah ini menjadi angin segar bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah, terutama mereka yang bergaji sekitar Rp 4 juta per bulan. Dengan tenor panjang ini, BTN berharap dapat memberikan solusi perumahan yang lebih terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Cicilan Rumah Terjangkau untuk Semua
Direktur Utama BTN, Nixon L.P. Napitupulu, menjelaskan bahwa skema baru ini dirancang untuk memastikan cicilan rumah sesuai dengan kemampuan finansial masyarakat. Ia memberikan ilustrasi bahwa dengan gaji UMR sebesar Rp 4 juta per bulan, alokasi maksimal untuk cicilan rumah adalah sekitar 30% atau Rp 1,2 juta. Dengan inovasi ini, BTN menargetkan cicilan bulanan di bawah Rp 1,2 juta, yakni sekitar Rp 1,1 juta.
“Affordable house itu bukan hanya soal suku bunga atau uang muka (down payment), tetapi lebih kepada kemampuan nasabah untuk mengangsur setiap bulan,” ujar Nixon. BTN mengedepankan pendekatan yang lebih inklusif dengan menyesuaikan skema pembiayaan agar masyarakat luas dapat memiliki rumah layak huni.
Tantangan Baru untuk Pasokan Listrik
Program KPR ini diproyeksikan mendukung percepatan pembangunan hingga 3 juta rumah per tahun. Namun, hal ini juga memunculkan tantangan baru, terutama terkait kebutuhan listrik. Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengungkapkan bahwa pembangunan rumah-rumah baru ini akan meningkatkan permintaan listrik hingga 6,3 TWh per tahun, dengan kebutuhan kapasitas daya bertambah sebesar 1 Gigawatt per tahun.
“Tambahan ini bukan permintaan terpusat, tetapi tersebar di berbagai lokasi,” kata Darmawan. Untuk mengatasi tantangan ini, PLN telah melakukan digitalisasi sistem perencanaan dengan teknologi berbasis Geographic Information System (GIS), sehingga distribusi kebutuhan listrik dapat dirancang lebih efisien.
Profil Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indonesia
Saat ini, sekitar 91% pelanggan PLN adalah rumah tangga, dengan total pelanggan mencapai 83 juta. Program pembangunan 3 juta rumah per tahun diprediksi akan menambah pelanggan baru dalam jumlah yang signifikan, mendukung pertumbuhan konsumsi listrik nasional. Darmawan menjelaskan bahwa konsumsi listrik per kapita di Indonesia saat ini hanya sekitar 1.263 kWh per tahun, jauh di bawah rata-rata negara ASEAN lainnya. Namun, pada 2045, konsumsi listrik per kapita diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi 4.000 kWh per tahun.
Dampak Program pada Perekonomian
Selain memberikan akses perumahan yang lebih mudah, program ini juga memiliki dampak positif pada perekonomian. Dengan meningkatnya jumlah rumah dan pelanggan listrik, kebutuhan tenaga kerja untuk konstruksi, teknologi listrik, dan sektor-sektor terkait lainnya akan meningkat. Hal ini diharapkan dapat menciptakan efek domino yang memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup.
Penutup
Langkah BTN meluncurkan KPR tenor 30 tahun merupakan inovasi yang patut diapresiasi dalam upaya mengurangi backlog perumahan di Indonesia. Dengan cicilan yang lebih terjangkau, masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah dapat lebih mudah memiliki rumah.
Namun, keberhasilan program ini memerlukan dukungan dari berbagai sektor, termasuk penyediaan infrastruktur listrik yang memadai oleh PLN. Kolaborasi ini menjadi kunci untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Apakah Anda sudah siap memiliki rumah impian dengan cicilan terjangkau? Kini, mimpi tersebut bisa segera terwujud berkat inovasi dari BTN.