Pada perdagangan 6 Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,12% ke level 6.875, dengan saham perbankan besar (big banks) menjadi kontributor utama tekanan indeks. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 4,11% ke Rp3.970, BBCA melemah 1,92% ke Rp8.950, BBNI merosot 4,67% ke Rp4.290, dan BMRI terjun 7,69% ke Rp5.100. Koreksi ini memicu pertanyaan kritis: Apakah harga saham big banks saat ini sudah mencerminkan nilai wajarnya?
Artikel ini akan mengulas analisis fundamental dan valuasi terkini untuk menjawab pertanyaan tersebut, dengan fokus pada empat bank besar: BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI.
Faktor Penyebab Penurunan Saham Big Banks
Sebelum masuk ke valuasi, penting memahami faktor eksternal dan internal yang memicu koreksi:
1. Sentimen Makroekonomi Negatif
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ke 5,03% YoY pada 2024, inflasi tinggi, dan kebijakan suku bunga ketat Bank Indonesia (BI) menekan sektor perbankan.
Ketidakpastian global, seperti kenaikan suku bunga The Fed dan penguatan dolar AS, memicu capital outflow dari pasar emerging markets, termasuk Indonesia.
2. Kinerja Keuangan yang Moderat
Pertumbuhan laba bersih big banks pada 2024 hanya 7,6% YoY, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Peningkatan pencadangan kredit (CKPN) untuk antisipasi kredit macet juga mengurangi profitabilitas.
3. Likuiditas Ketat dan Tingginya LDR
Loan-to-Deposit Ratio (LDR) sektor perbankan mencapai 87-88%, menunjukkan persaingan ketat dalam pendanaan murah. Simpanan nasabah (DPK) hanya tumbuh 3,7% pada Desember 2024, memperparah tekanan likuiditas.
Analisis Harga Wajar Saham Big Banks
Berikut evaluasi valuasi empat bank besar berdasarkan metode Price-to-Book Value (PBV), target harga analis, dan fundamental perusahaan:
1. Harga Wajar Saham BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk)
Valuasi PBV:
- BBRI saat ini diperdagangkan di PBV 1,3x–1,8x, lebih rendah dari rata-rata historis 2,5x–3x.
Target Harga Analis:
- Konsensus analis: Rp4.500–Rp6.300.
- Invesnesia memprediksi kenaikan ke Rp5.500 pada 2025 dan Rp7.000 pada 2026.
Fundamental:
- Fokus pada segmen UMKM yang resilien, dengan laba bersih FY24F Rp61 triliun.
- Dividend yield mencapai 8%, tertinggi di antara big banks.
Intinya: BBRI dinilai undervalued dengan potensi kenaikan 27–51%.
2. Harga Wajar Saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk)
Valuasi PBV:
- BBCA diperdagangkan di PBV 4,3x, lebih tinggi dari rata-rata industri (1,8x–2,5x), tetapi wajar mengingat efisiensi operasionalnya.
Target Harga Analis:
- UOB Kay Hian: Rp12.000.
- Verdhana: Rp13.200 (potensi +31%).
Fundamental:
- Margin bunga bersih (NIM) tertinggi di industri (9,24%) dan CASA ratio kuat (55%).
- Pertumbuhan laba bersih 14,3% YoY pada 11M2024.
Intinya: BBCA layak dipertahankan sebagai saham premium untuk jangka panjang.
3. Harga Wajar Saham BMRI (PT Bank Mandiri Tbk)
Valuasi PBV:
- BMRI diperdagangkan di PBV 1,9x, di bawah rata-rata historis 2,5x.
Target Harga Analis:
- UOB Kay Hian: Rp8.120.
- Verdhana: Rp8.450 (potensi +40%).
Fundamental:
- Pertumbuhan kredit tertinggi (22,7% YoY) dan adopsi digital (LIVIN & KOPRA) memperkuat basis pendanaan.
- Rasio NPL terendah di antara big banks (2,26%).
Kesimpulan: BMRI menarik sebagai saham pertumbuhan dengan valuasi murah.
4. Harga Wajar Saham BBNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk)
Valuasi PBV:
- BBNI diperdagangkan di PBV 1,1x, termurah di antara big banks.
Target Harga Analis:
- Mirae Asset: Rp6.350.
- Verdhana: Rp6.600 (potensi +39%).
Fundamental:
- Restrukturisasi bisnis dan peningkatan CASA ratio.
- Eksposur pada suku bunga mengambang memungkinkan transfer kenaikan biaya dana ke nasabah.
Intinya: BBNI berpotensi rebound jika strategi restrukturisasi berhasil.
Rekomendasi Investasi: Strategi Menghadapi Volatilitas
- BBCA & BMRI: Pilihan utama untuk investor defensif, mengandalkan stabilitas NIM dan CASA ratio tinggi.
- BBRI: Cocok untuk investor yang mencari dividen tinggi dan eksposur ke segmen UMKM.
- BBNI: Saham undervalued dengan risiko tinggi, tetapi berpotensi cuan signifikan jika ada perbaikan fundamental.
Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai:
- Ketidakpastian kebijakan suku bunga BI dan The Fed.
- Likuiditas ketat dan persaingan pendanaan.
- Penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi.
Kesimpulan: Momentum Beli atau Tunggu?
Koreksi harga saham big banks pada Februari 2025 menciptakan peluang entry point yang menarik, terutama untuk BBRI dan BBNI yang dinilai undervalued. Meski tekanan makroekonomi masih membayangi, fundamental keempat bank tetap solid dengan proyeksi pertumbuhan laba 10-13% pada 2025.
Bagi investor jangka panjang, saham BBCA dan BMRI layak menjadi pilihan utama karena kemampuan mereka menjaga NIM dan likuiditas. Sementara itu, BBRI dan BBNI cocok untuk investor yang mencari potensi kenaikan harga lebih agresif.
Catatan Akhir: Selalu lakukan analisis mendalam dan sesuaikan dengan profil risiko sebelum berinvestasi. Gunakan koreksi pasar sebagai kesempatan untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon!