Dalam sebuah eksklusif masterclass bersama profesor terkemuka Aswath Damodaran, Forbes India Pathbreakers memberikan pencerahan mengenai perbedaan esensial antara “menilai perusahaan (valuing a company)” dan “menetapkan harga perusahaan (pricing a company)” dalam dunia investasi.
Valuing a company vs. pricing a company
Professor Damodaran, seorang dekan dalam bidang valuasi, menggarisbawahi bahwa keduanya (valuing a company dan pricing a company) adalah konsep yang berbeda dengan implikasi yang signifikan.
Menurut Damodaran, “Banyak orang memberi harga barang, mereka tidak menghargainya. Dalam penetapan harga (pricing), Anda melihat berapa banyak yang dibayar orang lain untuk barang serupa dan menetapkan angka berdasarkan itu. Penilaian (valuation), di sisi lain, mewajibkan pemahaman mendalam tentang bisnis.”
Dalam konteks startup, terutama perusahaan modal ventura atau venture capital (VC), perbedaan ini menjadi semakin nyata. VC sering mengklaim menilai perusahaan berdasarkan potensi pertumbuhan di masa depan, misalnya, seberapa besar pasar konsumen yang dapat mereka cakup.
Meskipun begitu, Damodaran mengkritik pendekatan ini, menyatakan bahwa “VC tidak menghargai perusahaan. Mereka tidak mampu menilai perusahaan. Saya tidak berharap VC memiliki pemahaman yang mendalam tentang bisnis, karena mereka lebih tertarik pada metrik yang memungkinkan mereka menjual perusahaan dengan harga yang lebih tinggi kepada pihak lain.”
Pandangan ini tidak lepas dari fenomena penurunan harga saham sejumlah unicorn startup hingga 50-60 persen dalam dua tahun terakhir, serta penurunan investasi VC di India. Total investasi VC di India pada paruh pertama tahun ini mengalami penurunan drastis dari $18,4 miliar menjadi $3,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pentingnya narasi saat menetapkan valuasi perusahaan
Dalam konteks valuasi perusahaan, Damodaran menyoroti peran narasi dalam membentuk pemahaman. Ia menegaskan bahwa angka-angka yang digunakan dalam valuasi sebenarnya mencerminkan cerita yang mendasarinya.
“Anda harus memahami cerita dasar perusahaan ketika Anda membuat penilaian. Bahkan jika Anda mengatakan Anda tidak memiliki cerita, angka-angka yang Anda gunakan tetap akan menyampaikan cerita, dan Anda harus mempercayai cerita itu,” ungkap Damodaran.
Damodaran: kebanyakan VC adalah trader, bukan investor sejati
Damodaran juga mengkritik pendekatan VC yang terfokus pada harga pasar yang dapat dialamatkan, jumlah pengguna, dan pelanggan. Ia menyebut VC sebagai trader daripada investor sejati.
“VC adalah trader. Mereka bukan investor. Mereka trading di perusahaan dan sukses ketika momentum berada di pihak mereka, tetapi siap mengalami kerugian ketika momentum berbalik.”
Pentingnya mengelola ketidakpastian dan analisis yang sederhana
Dalam menghadapi ketidakpastian di dunia bisnis, Damodaran menyarankan untuk mengidentifikasi dan mengelola ketidakpastian tersebut. Ia juga menekankan pentingnya kesederhanaan dalam analisis, menghindari membuat daftar terlalu banyak item yang hanya akan membingungkan.
Pada akhirnya, professor keuangan terkemuka ini menyarankan agar para investor memandang nilai perusahaan sebagai sebuah estimasi yang bisa saja salah. Sebaliknya, fokuslah pada pemahaman bisnis yang lebih mendalam untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijak dalam situasi yang penuh ketidakpastian.
“Sifat ketidakpastian yang Anda hadapi akan sangat berbeda tergantung pada perusahaan yang Anda hargai.”
Sebagai seorang pemikir dan pengajar terkemuka dalam bidang penilaian, Aswath Damodaran memberikan pandangan berharga mengenai pentingnya pemahaman mendalam terkait valuasi perusahaan dan menilai ulang pendekatan VC terhadap investasi startup.