Pengambilan keputusan untuk mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu langkah serius yang memerlukan pertimbangan matang dan rasional.
Namun, keputusan untuk mengambil KPR bisa menjadi pilihan yang irasional dan tidak bijaksana dalam beberapa situasi. Berikut penjelasannya:
1. Kemampuan Finansial yang Belum Memadai
Salah satu aspek krusial dalam pengambilan keputusan KPR adalah kemampuan finansial individu. Jika seseorang belum memiliki dana darurat, memiliki banyak tanggungan, dan penghasilan belum cukup kuat untuk menanggung cicilan bulanan, mengambil KPR dapat menjadi langkah yang kurang bijak.
Pertimbangan akan stabilitas finansial harus menjadi titik fokus sebelum terjun ke dalam komitmen jangka panjang seperti KPR.
2. Tidak Memperhitungkan Total Biaya KPR
Penting untuk memahami bahwa cicilan bulanan hanyalah sebagian kecil dari total biaya KPR. Faktor-faktor seperti bunga, biaya administrasi, denda, dan biaya-biaya lainnya harus dipertimbangkan secara keseluruhan. Tidak memahami atau mengabaikan elemen-elemen ini dapat menyebabkan beban finansial yang tidak terduga di masa depan.
3. Persepsi yang Tidak Realistis tentang Kenaikan Harga Rumah
Melihat rumah sebagai investasi yang pasti menguntungkan dapat menjadi pandangan yang konyol. Meskipun harga properti cenderung naik seiring waktu, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap apresiasi nilai properti dapat membawa risiko. Pasar properti bersifat fluktuatif, dan kebijakan ekonomi serta kondisi pasar dapat memengaruhi pergerakan harga.
Contoh yang sangat relevan dengan kondisi terkini adalah dampak pandemi COVID-19. Selama pandemi, beberapa wilayah mengalami penurunan signifikan dalam harga properti karena faktor-faktor seperti ketidakpastian ekonomi, penurunan daya beli, dan perubahan pola kerja yang mendukung bekerja dari rumah.
Kawasan perkotaan yang sebelumnya menjadi pusat minat properti justru mengalami penurunan permintaan, dan sebagai akibatnya, harga properti anjlok.
4. Keputusan yang Didasarkan pada Tekanan Sosial
Mengambil KPR semata-mata sebagai simbol status sosial dapat mengarah pada keputusan yang tidak rasional. Menyelaraskan keputusan finansial dengan ekspektasi orang lain bukanlah pendekatan yang bijaksana. Keputusan harus didasarkan pada kebutuhan, tujuan, dan kesiapan finansial pribadi.
5. Tidak Mempertimbangkan Alternatif yang Lebih Efisien
Ketidaksiapan untuk mengeksplorasi alternatif yang lebih efisien juga dapat membuat keputusan KPR menjadi tidak rasional. Contohnya, menyewa rumah di dekat tempat kerja bisa menjadi alternatif yang lebih ekonomis dan efisien, terutama jika aksesibilitas dan mobilitas menjadi faktor kunci.
6. Tidak Siap Menghadapi Konsekuensi
Keputusan mengambil KPR harus disertai dengan kesiapan menghadapi konsekuensi kemungkinan terburuk. Situasi seperti kehilangan pekerjaan atau perubahan drastis dalam kondisi finansial harus dipertimbangkan dengan serius. Kesiapan untuk menghadapi tantangan finansial yang tak terduga adalah bagian integral dari kebijakan keuangan yang bijak.
Dengan memahami dan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, seseorang dapat membuat keputusan KPR yang lebih rasional, terinformasi, dan bijaksana. Langkah ini akan memberikan kestabilan finansial dan meminimalkan risiko terkait dengan kewajiban jangka panjang.